TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi ancaman Perang Dingin baru.
Menurutnya, dunia saat ini sedang ada dalam keretakan.
Berbicara pada upacara kelulusan Universitas Seton Hall di New Jersey, Selasa (24/5), Guterres juga menyinggung banyaknya ancaman keamanan global lain seperti terorisme hingga paham nasionalisme ekstrem.
"Dari Timur Tengah hingga ancaman Perang Dingin baru dengan nada nuklir yang serius, hingga terorisme dan pertempuran sektarian di dalam negara-negara yang berakar pada kepercayaan kuno, hingga ledakan nasionalisme ekstrem. Setiap tantangan adalah tanda lain bahwa dunia kita sangat retak," kata Guterres, seperti dikutip TASS, Rabu (25/5/2022).
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia di Ukraina Hari ke-91, Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Selain beberapa masalah keamanan tersebut, Guterres juga mengingatkan adanya perubahan iklim, meningkatnya ketimpangan sosial, dan penyebaran kelaparan dan penyakit.
Kepada para wisudawan, Guterres memperingatkan bahwa dunia yang mereka masuki penuh dengan bahaya.
"Kita menghadapi konflik dan perpecahan dalam skala yang tidak terlihat dalam beberapa dekade. Dari Yaman hingga Suriah, dari Ethiopia hingga Sahel dan seterusnya. Semuanya menyebabkan penderitaan, kehancuran, dan kematian manusia yang luar biasa," lanjut Guterres.
Pekan lalu, Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4 % menjadi 3,1 % .
Pengumuman tersebut tidak lepas dari banyaknya krisis, termasuk naiknya harga pangan yang didorong oleh perang Ukraina.
"Perlambatan dan perang di Ukraina, yang memicu kenaikan tajam harga pangan dan pupuk, akan memberikan pukulan pada negara-negara berkembang, memperburuk kerawanan pangan dan meningkatkan kemiskinan," ungkap PBB.
Menurut perkiraan PBB, inflasi global diproyeksikan meningkat menjadi 6,7 % pada 2022, dua kali lipat rata-rata periode 2010-2020 yang ada di angka 2,9 % .
Inflasi sebagian besar terjadi pada harga pangan dan energi.
Disebutkan bahwa penurunan prospek pertumbuhan terjadi secara luas, termasuk akan dialami oleh negara-negara dengan ekonomi terbesar dunia seperti AS dan China.
Wilayah Eropa dikatakan akan merasakan dampak yang paling signifikan.
Perang Dunia III
Miliarder George Soros pada Selasa (24/5/2022) mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina bisa saja menjadi awal dari Perang Dunia Ketiga.
Menurut Soros, satu-satunya cara untuk mencegahnya adalah dengan mengalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Invasi itu mungkin merupakan awal dari Perang Dunia Ketiga dan peradaban kita mungkin tidak akan bertahan. Cara terbaik untuk melestarikan peradaban kita adalah mengalahkan Putin sesegera mungkin," ungkap Soros yang menghadiri World Economic Forum di Davos.
Dilansir dari Reuters, Soros juga mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin saat ini percaya invasi yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan dan sedang bersiap untuk merundingkan gencatan senjata.
Namun, Soros juga meyakini gencatan senjata tidak mungkin tercapai karena Putin tidak bisa dipercaya.
Soros menduga saat ini posisi Putin semakin lemah sehingga tindakannya semakin sulit ditebak.
Melihat besarnya dampak ekonomi, Soros mengatakan Uni Eropa harus memahami bahwa Putin dapat mematikan gas alam Rusia yang saat ini menyumbang sekitar 40 % dari kebutuhan benua biru.
Soros menyebut Rusia dan Cina sebagai anggota terkemuka dari kelompok masyarakat tertutup yang berpengaruh di mana individu tunduk pada negara.
"Rezim represif sekarang sedang berkuasa dan masyarakat terbuka dikepung. Hari ini China dan Rusia menghadirkan ancaman terbesar bagi masyarakat terbuka," lanjut Soros.
Lebih lanjut, Soros menyebut perang Ukraina sebagai bagian dari perjuangan yang lebih luas antara masyarakat terbuka dan masyarakat tertutup seperti Cina dan Rusia yang sedang naik daun.
Sumber: Reuters/TASS/Kontan.co.id