Sepanjang pandemi, China telah mematuhi kebijakan ketat nol-Covid yang bertujuan untuk membasmi semua rantai penularan menggunakan kontrol perbatasan, karantina wajib, tes massal, dan lockdown cepat.
Tetapi strategi ini telah diterjang oleh varian Omicron yang sangat menular, yang membuat lonjakan infeksi di seluruh negeri awal tahun ini.
Pada pertengahan Mei, lebih dari 30 kota berada di bawah aturan lockdown penuh atau sebagian, yang kemudian berdampak pada hingga 220 juta orang secara nasional.
Untuk industri mulai dari Big Tech hingga barang konsumsi, aturan itu telah menghancurkan penawaran dan permintaan.
Meski beberapa kota tersebut telah dibuka kembali, namun dampak dari gangguan tersebut masih terasa, dengan tingkat pengangguran melonjak ke level tertinggi sejak awal wabah virus Corona pada awal 2020.
Banyak perusahaan terpaksa menangguhkan operasi, termasuk pembuat mobil Tesla dan Volkswagen.
Airbnb adalah perusahaan multinasional terbaru yang menarik diri, dengan perusahaan berbagi rumah mengumumkan minggu lalu bahwa mereka akan menutup listingnya di China.
Sejumlah bank investasi telah memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan setahun penuh China dalam beberapa minggu terakhir.
Dana Moneter Internasional pada bulan April memangkas perkiraan pertumbuhannya untuk China menjadi 4,4 persen, turun dari 4,8 persen, mengutip risiko dari kebijakan ketat nol-Covid.
Baca juga: Airbnb Tutup Bisnisnya di China Gara-gara Merugi Akibat Lockdown
Baca juga: Terdampak Lockdown China, Pabrik Kendaraan Toyota Hentikan Aktivitas Produksi Hingga Juni
Ini jauh di bawah perkiraan resmi China sekitar 5,5 persen.
Tidak ada akhir yang jelas untuk krisis, dengan pihak berwenang masih berjuang untuk menahan penyebaran virus dan para pemimpin puncak bersikeras untuk terus maju dengan nol-Covid.
Pada hari Senin, Beijing yang juga mengalami peningkatan kasus selama beberapa minggu terakhir, telah memberlakukan lockdown sebagian di tujuh distriknya, mempengaruhi hampir 14 juta penduduk.
Dua distrik terbesar di kota itu, Chaoyang dan Haidian, yang termasuk di antaranya, terpaksa harus menutup semua bisnis yang tidak penting termasuk pusat perbelanjaan, pusat kebugaran, dan tempat hiburan.
Baca juga artikel lain terkait Virus Corona atau tentang China
(Tribunnews.com/Rica Agustina)