Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Iran mencatatkan lonjakan pendapatan untuk ekspor energi sebesar 60 persen selama kuartal kedua di tahun 2022.
Lonjakan ini terjadi setelah Amerika Serikat dan sekutu mulai mengembargo penjualan minyak dan gas dari Rusia.
Kesempatan inilah yang kemudian dimanfaatkan Iran untuk menawarkan komoditas energinya kepada Eropa.
Baca juga: Setelah Zipangcoin Emas, Mitsui Jepang akan Perluas dengan Komoditi Lain Seperti Minyak Mentah
Dilansir dari Business Insider pendapatan Iran dari ekspor minyak kini telah mencapai 2,45 miliar dolar AS. Jumlah ini jauh lebih besar ketimbang pendapatan tahun sebelumnya yang hanya senilai 1,5 miliar dolar AS.
“Penerimaan dari ekspor minyak, gas kondensat, gas alam, produk minyak bumi dan produk petrokimia dalam dua bulan pertama tahun ini meningkat drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Pejabat kementerian perminyakan Iran, Ali Forouzandeh.
Forouzandeh menjelaskan, lonjakan ini mulai terjadi setelah adanya kenaikan tajam pada harga pasar minyak mentah dunia.
Dimana minyak mentah Brent di perdagangan internasional saat ini dipatok seharga 116 dolar AS per barel, harga tersebut melonjak sekitar 50 persen dari harga sebelumnya.
Meski Iran tak menjabarkan berapa angka produksi minyak mentah yang ia pasok ke sejumlah negara Eropa. Namun menurut sejumlah analis, Iran diperkirakan telah menyumbang lebih dari 1 juta barel per hari.
Baca juga: Sri Lanka Borong 90.000 Ton Minyak Rusia Demi Hidupkan Kilang Ceylon Petroleum
Meningkatnya perdagangan tersebut lantas membuat Iran berambisi untuk menambah jumlah produksi minyak negaranya. Dengan menghidupkan kilang lamanya, Forouzandeh yakin ekspor negaranya bisa kembali menstabilkan pasokan minyak dunia yang saat ini tengah dilanda krisis.
Selain Iran, belakangan Arab Saudi juga ikut diuntungkan dari adanya sanksi embargo minyak Rusia. Dorongan Eropa telah mengerek naik pendapatan Arab Saudi sebesar 80 persen menjadi 30 miliar dolar AS pada bulan Maret 2022.
Bahkan berkat adanya kegiatan ekspor ini, Arab Saudi kini menjadi salah satu negara yang mengalami percepatan ekonomi terbesar di tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF), mencatat surplus yang terjadi di Arab Saudi selama Januari hingga Maret telah tembus 15 miliar dolar AS.