"Kami akan mendesak agar penilaian berdasarkan masukan yang termotivasi dan pandangan yang bias dihindari."
Dia juga mengatakan, India secara teratur menyoroti "serangan bermotivasi rasial dan etnis, kejahatan rasial dan kekerasan senjata" di Amerika Serikat.
India sering mengkritik Komisi Kebebasan Beragama Internasional AS, sebuah panel pemerintah otonom yang telah berulang kali merekomendasikan agar Departemen Luar Negeri memasukkan India ke dalam daftar hitam.
Kendati demikian, Al Jazeera melaporkan, Departemen Luar Negeri AS dinilai tidak mungkin akan mengambil tindakan tersebut kepada India.
Apalagi karena negara ini dipandang sebagai mitra global utama dalam menghadapi kebangkitan China.
Baca juga: Peringati 33 Tahun Tragedi Tiananmen, Massa Mahasiswa Demo di Depan Kedubes China
Baca juga: 6,5 Tahun Dipenjara terkait Kasus Pembunuhan, WNA Asal Myanmar Menunggu Proses Deportasi
Pemerintah Partai BJP, dituduh memperjuangkan serangkaian tindakan yang oleh para kritikus disebut diskriminatif terhadap minoritas, terutama Muslim.
Tuduhan itu dibantah oleh partai.
Selain India, China dan Myanmar mendapat sorotan dalam laporan kebebasan beragama AS pada Kamis.
Kedua negara itu jadi perhatian karena penindasan terhadap sebagian besar Muslim Uyghur dan Rohingya.
"Kami telah melihat dua genosida komunitas agama minoritas dalam beberapa tahun terakhir di China dan Burma," kata Duta Besar AS, Rashad Hussain.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)