TRIBUNNEWS.COM - China mengadakan pertemuan darurat yang dihadiri lebih dari 100.000 peserta, beberapa waktu lalu, menurut media pemerintah.
Para petinggi Tiongkok dikabarkan mendesak dibentuknya langkah-langkah baru untuk menstabilkan ekonomi yang terpukul oleh pembatasan ketat Covid-19 di negara itu.
Dilansir CNN, telekonferensi video tak terduga yang dipimpin Dewan Negara itu dihadiri pejabat di tingkat provinsi, kota dan dewan, menurut sebuah laporan di Global Times milik pemerintah.
Sejumlah pejabat tinggi China juga hadir, termasuk Perdana Menteri Li Keqiang.
I mendesak pihak berwenang untuk mengambil tindakan dalam mempertahankan pekerjaan dan mengurangi pengangguran.
Baca juga: Peringati 33 Tahun Tragedi Tiananmen, Massa Mahasiswa Demo di Depan Kedubes China
Baca juga: POPULER Internasional: Jurnalis Palestina Ditembak Israel | China Batasi Hubungan dengan Rusia
Pusat ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menderita di berbagai sektor sejak gelombang Covid-19 menyebar.
Kondisi ini mendorong tindakan penguncian di banyak kota besar, terutama pusat keuangan Shanghai.
Semenjak pandemi merebak, banyak warga yang tidak dapat meninggalkan rumah atau lingkungan mereka selama sebulan lebih.
Li mengatakan dalam beberapa aspek, dampak ekonomi yang terlihat pada Maret dan April 2022 telah melampaui tahun 2020 selama wabah awal virus corona, menurut Global Times.
Dia menunjuk beberapa indikator termasuk tingkat pengangguran, produksi industri yang lebih rendah, dan transportasi kargo.
PM China soroti penurunan ekonomi beberapa pekan terakhir
Perdana menteri juga semakin vokal tentang penurunan ekonomi dalam beberapa pekan terakhir.
Li menyebut situasinya "kompleks dan serius" pada awal Mei - tetapi komentarnya mungkin melukiskan gambaran yang paling suram.
Bank investasi memangkas perkiraan mereka untuk ekonomi China tahun ini.