Perkembangan seperti itu berarti tank-tank Jerman akan sekali lagi berada di dalam Rusia. Situasi ini mengacu invasi Nazi Jerman ke Uni Soviet pada 1941.
Ketakutan persenjataan Jerman akan masuk Rusia ini menyoroti ketidakpercayaan tertentu di Berlin terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Itu juga yang menurut Der Spiegel menjadi alasan mengapa industri pertahanan di Jerman belum diizinkan untuk mengirimkan tank tempur.
Sejauh ini, tank hanya dipasok ke pemerintah Kiev oleh Polandia dan Republik Ceko, bukan eksportir senjata utama seperti AS, Inggris, dan Prancis.
Meskipun embargo tank tidak pernah dibahas di tingkat NATO, kesepakatan tidak resmi tentang masalah ini telah dicapai antara Washington, London dan Paris.
Karena itu Jerman tidak akan pernah menjadi negara pertama yang mengirimkan tank ke Ukraina karena alasan historis.
Laporan Der Spiegel mengutip politisi dan analis yang menuduh Scholz terlalu lambat untuk membantu Ukraina dengan senjata untuk melawan Rusia.
Penulis artikel itu juga mengutip desas-desus kanselir telah dipaksa ke dalam setiap konsesi yang dia buat sejauh ini atas bantuan militer, tetapi kemudian masih menunda pengiriman.
Sejak akhir Februari, ketika serangan militer Rusia di Ukraina dimulai, Berlin hanya memasok senjata ringan ke Kiev.
Jumlah pengiriman telah berkurang dari waktu ke waktu. Media Welt am Sonntag melaporkan hanya dua pengiriman Jerman yang tiba di Ukraina antara 30 Maret dan 26 Mei.
Pengiriman senjata berat, termasuk 30 ranpur anti-pesawat Gepard, tujuh howitzer self-propelled Panzerhaubitze 2000 dan empat sistem roket peluncuran ganda MARS II, telah diumumkan Berlin, tetapi belum terwujud.
Scholz mengklaim pekan lalu Jerman juga akan mengirim salah satu senjata paling modernnya – sistem pertahanan udara IRIS-T – kepada pemerintah Kiev.
Namun, Kementerian Pertahanan mengatakan tidak memiliki stok perangkat keras dimaksud, dan mereka harus bertanya ke pabriknya.
Menurut laporan media, Ukraina hanya bisa berharap untuk mendapatkan sistem pada November.
Itu mungkin sudah terlambat, menurut Der Spiegel, karena informasi intelijen Jerman, pasukan Rusia menguasai Donbass pada Agustus.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)