TRIBUNNEWS.COM -- Moskow telah menerima permintaan Amerika Serikat (AS) mengenai tentara bayaran asal negeri Paman Sam, yang ditangkap saat berperang di Ukraina, dan sedang mendiskusikannya sekarang.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov, Rabu (22/6/2022).
"Kami telah menerima permintaan itu," kata Ryabkov, namun ia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut.
"Kami tidak mengungkapkan isi permintaan diplomatik dan tidak mengomentarinya," jelasnya dikutip kantor berita ITAR TASS.
Baca juga: Dijatuhi Hukuman Mati, Pria Inggris yang Ditangkap Pasukan Pro-Rusia akan Segera Dieksekusi
"Bagaimanapun, kami telah menerima sinyal dari Washington dan sedang mendiskusikannya sekarang," lanjut diplomat itu.
Komentar lebih lanjut tentang situasi tersebut akan "benar-benar tidak pada tempatnya" saat ini, kata Ryabkov.
Dua orang Amerika, Alexander Drueke, 39, dan Andy Huynh, 27, yang ditangkap di Ukraina adalah tentara bayaran dan tidak memenuhi syarat untuk perlindungan di bawah Konvensi Jenewa.
Tak Ada Jaminan
Sebelumnya Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia tidak dapat menjamin bahwa mantan prajurit Amerika yang ditangkap di Ukraina tidak akan menghadapi hukuman mati.
"Saya tidak bisa menjamin apa-apa. Itu tergantung pada penyelidikan," katanya ketika ditanya apakah dia bisa menjamin bahwa tawanan perang AS tidak akan menghadapi nasib yang sama seperti warga Inggris Aiden Aslin dan Shaun Pinner dan warga negara Maroko Brahim Saadoun yang sebelumnya dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Republik Rakyat Donetsk.
Baca juga: Peraih Nobel Ini Ramal AS Keok Dalam Perang Dingin Melawan Rusia dan China
The Daily Telegraph pekan lalu melaporkan bahwa dua mantan tentara AS Alexander Drueke dan Andy Huynh ditangkap di dekat Kharkov. Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada 16 Juni bahwa pihaknya siap untuk terlibat dengan Rusia mengenai warga negara AS yang mengambil bagian dalam permusuhan di Ukraina.
Itu juga sekali lagi sangat menyarankan orang Amerika untuk tidak pergi ke Ukraina.