TRIBUNNEWS.COM – Dua peristiwa baku tembak di Ukraina ternyata terjadi antara pasukan Ukraina sendiri.
Kejadian itu disebut sebagai akibat kurangnya kompetensi tentara bayaran yang bergabung dengan angkatan bersenjata Ukraina memerangi Rusia.
Militer Rusia menyebutkan banyak jatuh korban akibat peperangan antara prajurit Ukraina tersebut.
Dalam satu kekacauan yang dilaporkan, rekrutan yang tiba di posisi batalyon ke-97 dari brigade infanteri ke-60 Angkatan Bersenjata Ukraina ditembaki oleh orang yang sama yang seharusnya mereka ikuti.
Baca juga: Dicurigai sebagai Mata-mata, 70 Staf Diplomatik Rusia Diusir dari Bulgaria
Insiden lain terjadi dengan tentara brigade mekanik ke-28, klaim Kementerian Pertahanan Rusia.
Sebuah tim pengintai dari unit itu diserang oleh tentara bayaran asing, yang menewaskan empat tentara dan melukai tiga lainnya, kata kementerian itu dalam sebuah pengarahan harian.
Laporan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kapan dan di mana dugaan kecelakaan itu terjadi.
Laporan insiden tembakan ‘persahabatan’ juga datang dari pejuang Barat.
Pekan lalu, sebuah cerita majalah Rolling Stone tentang veteran perang AS yang terbunuh atau ditangkap di Ukraina menyebutkan contoh-contoh seperti ini, di antara masalah-masalah lain yang sering dialami oleh para pejuang asing di sana.
“Kami melakukan baku tembak selama dua jam yang kemudian ternyata melawan pasukan khusus Ukraina. Sungguh luar biasa apa yang terjadi di sini,” kata Tristan Nettles, anggota regu berbahasa Inggris yang bertempur di Ukraina, kepada majalah tersebut.
Baca juga: Menlu Rusia: Moskow Tidak Peduli tentang Zelensky Hadiri KTT G20 di Indonesia
“Jembatan diledakkan saat pasukan sahabat masih di sisi lain, tidak ada komunikasi antar unit, tembakan persahabatan sepanjang waktu,” katanya mengenai situasi di medan perang.
Milisi Republik Rakyat Lugansk (LPR) mengklaim bahwa kelompok pasukan Ukraina yang tetap berada di Lysychansk dan Severodonetsk telah membunuh tentara bayaran asing.
"Militan Ukraina telah diperintahkan untuk membunuh instruktur asing di Lysychansk dan Severodonetsk, karena yang terakhir memiliki informasi tertentu tentang aktivitas layanan khusus asing di Donbass sehingga mereka tidak ditangkap dan mengungkapkan informasi ini," kata seorang sumber yang dekat dengan milisi LPR.
Sementara itu, pekan lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan bahwa orang Amerika yang ditangkap di Ukraina adalah "tentara bayaran" yang terlibat dalam kegiatan ilegal dan harus bertanggung jawab atas kejahatan mereka.
Baca juga: Siap Jadi Juru Damai Perang Rusia-Ukraina, Presiden Jokowi Menuju Kyiv Naik ‘Kereta Luar Biasa’
Pernyataannya muncul setelah dua orang Amerika ditahan di wilayah pro-Rusia di Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh bahwa negara-negara barat tidak mau menanggapi pertanyaan Moskow mengenai tentara bayaran mereka di Kyiv.
"Negara-negara Barat menulis beberapa hal yang provokatif dan tidak sopan. Mereka tidak ingin menjawab pertanyaan yang kami ajukan tentang aktivitas mereka," kata Maria Zakharova, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, kepada saluran televisi Rossiya-1, seperti dikutip kantor berita TASS.
Dia menyatakan ini setelah ditanya apakah Inggris dan Amerika Serikat telah menghubungi Rusia mengenai warga negara mereka yang berpartisipasi dalam perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Zakharova juga menuduh Barat melakukan segala upaya untuk memperpanjang situasi di Ukraina.
"Kami ingat apa yang dikatakan Presiden AS ke-43 George Bush Jr: Misi Ukraina adalah membunuh sebanyak mungkin orang Rusia. Mereka telah memberikan tugas ini kepada Ukraina dan rezim Kyiv. Mereka menggunakan Ukraina sebagai instrumen dan seluruh logistik dipusatkan. Pasokan senjata, mengirim orang, apa saja untuk menjaga konflik tetap menyala," tambahnya.
Baca juga: Rusia Gagal Bayar Utang Luar Negeri untuk Pertama Kali Sejak 1917, Apa Artinya?
Awal bulan ini, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa tentara bayaran asing di Ukraina bukanlah pejuang dan akan menghadapi tuntutan pidana.
Mayor Jenderal Igor Konashenkov, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, mengklaim bahwa tentara bayaran ingin meninggalkan Ukraina karena banyaknya korban jiwa selama perang, tetapi rezim Kyiv tidak mengizinkan mereka melakukannya.
Pada 2 Juni, Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa jumlah kombatan asing di Ukraina telah turun dari 6.600 menjadi sekitar 3.500 sampai sekarang.
Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa. (TASS/Republicworld.com)