TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida melalui konferensi pers Selasa (28/6/2022) mengonfirmasi, pertemuan para pemimpin G7 berikutnya akan diadakan pada 19-21 Mei 2023.
Pertemuan tahun depan akan digelar di kota Hiroshima, Jepang, lokasi yang menjadi sasaran bom atom Amerika Serikat (AS) pada Agustus 1945.
"KTT Hiroshima akan berlangsung dari 19 hingga 21 Mei," terang Kishida.
Dilansir TASS, sebelumnya, kantor berita Kyodo mengutip sebuah sumber melaporkan, Kishida telah menunjukkan tanggal-tanggal ini kepada rekan-rekan G7-nya di pertemuan puncak di Jerman.
Baca juga: Senyum Lebar Jokowi di Hadapan Biden dan Emmanuel Macron saat Hadiri KTT G7, Berikut Foto-fotonya
Hiroshima dipilih untuk menunjukkan komitmen Jepang terhadap perlucutan senjata nuklir.
Tidak ada lokasi lebih baik dari Hiroshima
Kishida mengatakan kepada rekan-rekan G7-nya, tidak ada kota lain yang lebih tepat untuk menyatakan komitmen "kengerian penggunaan senjata nuklir tidak boleh terulang."
Bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 menewaskan antara 70.000 dan 100.000 orang dalam satu hari, menurut berbagai perkiraan.
Pada akhir tahun 1945, jumlah korban meningkat menjadi 140.000 karena mereka yang meninggal di rumah sakit akibat luka dan radiasi.
Setiap tahun daftar sedih ini diisi ulang ketika "hibakusha" mati.
Hibakusha adalah kata dalam bahasa Jepang untuk korban selamat dari bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Ini juga termasuk mereka yang tewas selama serangan itu sendiri dan yang kematiannya belum dikonfirmasi hingga saat ini.
Baca juga: Di KTT G7, Jokowi Sebut 323 Juta Orang Terancam Kerawanan Pangan Akut
Pada Agustus 2021, jumlah korban pemboman melebihi 350.000.
Nagasaki adalah kota kedua di Jepang setelah Hiroshima yang terkena bom atom Amerika pada Agustus 1945.
Pada saat ledakan, 70.000 penduduk tewas dan kota itu praktis terhapus dari muka bumi.
Jumlah total korban telah meningkat menjadi 189.000 pada Agustus 2021.
Baca juga: Rusia Mengonfirmasi Vladimir Putin Berpartisipasi dalam KTT G20
Apa Itu G7?
DikutipTIME, G7 terdiri dari tujuh negara maju di dunia, yang bertemu setiap tahun untuk membahas masalah keamanan, ekonomi, dan iklim global.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Kanselir Jerman Olaf Scholz, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, dan Presiden AS Joe Biden hadir dalam pertemuan G7 di Jerman.
Presiden UE Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga hadir seperti biasanya.
"Ini adalah pertemuan dari beberapa negara demokrasi yang paling kuat secara ekonomi dan politik di dunia, yang terjadi pada saat kita memiliki ancaman ekspansionis otoriter terbesar sejak Nazi Jerman menginvasi Eropa," kata Nicole Bibbins Sedaca, wakil presiden eksekutif Freedom House, sebuah organisasi nirlaba AS yang berfokus pada isu demokrasi.
"Apa yang akan kita cari adalah seberapa besar kekuatan politik dan ekonomi mereka yang akan mereka bawa untuk benar-benar mendorong kembali agresi Rusia."
Baca juga: POPULER Internasional: Putin Jadi Bahan Candaan di KTT G7 | Kata Pengamat Soal Kunjungan Jokowi
Perlu diketahui, Rusia sempat bergabung dengan grup ini pada tahun 1998.
Dengan bergabungnya Rusia, nama G7 pun diubah menjadi G8.
Namun Rusia kemudian dikeluarkan sejak 2014 setelah pencapolokan Krimea.
G7, seperti yang sekarang dikenal, pertama kali dibentuk setelah krisis minyak tahun 1973.
Ketua G7 juga mengundang para pemimpin negara lain seperti Argentina, India, Indonesia, Senegal, dan Afrika Selatan.
Berita lain terkait dengan KTT G7
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)