Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN – Perusahaan gas asal Jerman Uniper tengah melakukan pembicaraan dengan pemerintah pusat mengenai adanya rencana bailout.
Langkah ini diambil Uniper setelah perusahaannya mengalami penurunan likuiditas imbas berkurangnya pasokan gas Rusia.
Pemangkasan pasokan gas LNG yang dilakukan Rusia sebagai bentuk balasan sanksi kepada UE, perlahan makin membuat sejumlah perusahaan energi asal Eropa merugi.
Baca juga: Menteri Ekonomi Jerman: Rusia Akan Terus Tangguhkan Pasokan Gas
Lantaran dengan pemangkasan tersebut, kini mereka terpaksa beralih mengimpor kebutuhan gas LNG ke pasar spot.
Meski harga energi yang dipatok dalam pasar spot cukup terbilang mahal apabila dibandingkan dengan harga energi Rusia, namun demi menutup kesenjangan pasokan gas LNG perusahaan energi asal Eropa termasuk Uniper harus memasok kebutuhan gasnya melalui pasar spot.
Sayangnya langkah yang diambil Uniper berpotensi besar memicu kenaikan inflasi di Jerman, kekhawatiran inilah yang membuat pemerintah berencana memberikan bantuan dana atau bailout pada perusahaan energi yang berbasis di Düsseldorf ini.
Melansir dari Bloomberg, dalam pembicaraan yang digelar pada Senin (4/7/2022) Jerman diketahui akan menyuntikan dana potensial sebanyak 9 miliar euro atau setara dengan 9,4 miliar dolar AS pada Uniper. Demi mencegah melonjaknya harga jual gas dan minyak di pasar Jerman.
Selain meluncurkan dana bailout, belakangan pemerintah Jerman juga berencana untuk mengambil alih saham ekuitas dari Uniper sehingga pemerintah bisa mengendalikan laju harga energi di Jerman.
Sebelum mengalami krisis energi, Harga gas global telah lebih dulu dipatok tinggi pada tahun lalu imbas dari pemulihan ekonomi pasca Covid-19.
Baca juga: Warga Uni Eropa Bersiap Hidup Tanpa Pasokan Gas Rusia dan Lonjakan Inflasi
Namun setelah Rusia memangkas pengiriman gas LNG melalui pipa Nord Stream 1, membuat harga energi di Jerman dipatok naik ke level tertinggi. Situasi ini bahkan telah membuat saham Uniper anjlok sebanyak 28 persen pada perdagangan Senin pagi.