Blinken akan bertolak ke Asia pada Rabu, untuk menghadiri Foreign Minister Meeting (FMM) atau Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Bali, Indonesia.
Di forum ini, perwakilan AS dan Rusia akan bertemu.
Dilansir Reuters, analis memperkirakan ini akan menjadi pertemuan kontroversial, karena AS dan sekutu menyalahkan Moskow atas krisis pangan global akibat invasi Ukraina.
Sementara Rusia, yang juga pengekspor utama biji-bijian selain Ukraina, menyalahkan sanksi AS atas krisis tersebut.
Ramin Toloui, asisten menteri luar negeri untuk urusan ekonomi dan bisnis, mengatakan kepada wartawan bahwa Blinken akan meningkatkan keamanan energi dan inisiatif PBB untuk mencoba mengembalikan bahan makanan dan pupuk Ukraina dan Rusia ke pasar global.
"Negara-negara G20 harus meminta pertanggungjawaban Rusia dan bersikeras mendukung upaya PBB yang sedang berlangsung untuk membuka kembali jalur laut untuk pengiriman gandum," katanya.
"Entah itu terjadi di tingkat G20, atau di tingkat masing-masing negara G20, itu poin penting yang akan disampaikan Blinken," katanya.
Baca juga: Asian African Youth Government Soroti Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Ekonomi Asia Afrika
Menlu AS ini juga disebut akan kembali memperingatkan China untuk tidak mendukung invasi Rusia ke Ukraina.
China hingga kini menolak mengutuk tindakan Rusia dan mengkritik sanksi Barat secara blak-blakan.
Para pejabat AS telah memperingatkan konsekuensi, termasuk sanksi, jika China menawarkan dukungan material terkait perang Rusia.
Sesaat sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan "tanpa batas".
Namun pejabat AS sendiri mengaku belum melihat China menghindari sanksi Barat terhadap Moskow atau memberikan peralatan militer ke Rusia.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani, Larasati Dyah Utami)