TRIBUNNEWS.COM - Berbagai desakan akhirnya membuat Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengundurkan diri dari jabatannya.
Di mana awalnya dirinya enggan untuk melakukan hal tersebut.
Alasannya karena "mandat kolosal" dari pemilih pada pemilihan 2019, hal tersebut dikatakannya pada Rabu malam.
Namun pada Kamis pagi lebih dari 50 anggota pemerintah telah mundur, termasuk Menteri Pendidikan Michelle Donelan yang baru diangkat pada Selasa malam.
Hingga akhirnya pengunduran diri Johnson tak terelakkan.
Diberitakan sebelumnya, pemerintahan Inggris dilanda gelombang pengunduran diri dari pemerintahannya.
Baca juga: Beda Reaksi Mundurnya Boris Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris: Rusia Senang, Ukraina Sedih
Selama berbulan-bulan, terjadi pergolakan politik di Inggris yang kemudian memuncak pada hari Selasa (5/7/2022).
Saat itu, sekretaris kesehatan dan kanselirnya mengundurkan diri hampir bersamaan.
Mereka mundur karena melihat penanganan Johnson atas tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan seorang anggota parlemen senior.
Sikap Johnson yang seakan membela pelaku memicu gelombang pengunduran diri dan surat tidak percaya dari menteri junior dan anggota parlemen pada hari Rabu.
Malam itu, sekelompok menteri senior pergi ke Downing Street untuk mencoba membujuk perdana menteri agar mengundurkan diri.
Dilansir BBC.com, berikut serangkaian peristiwa yang berujung pengunduran dirinya.
Skandal pelecehan di Westminster
Kamis (30/6/2022) lalu, Noa Hoffman (24), yang baru empat hari bekerja sebagai reporter politik untuk surat kabar Sun, melaporkan bahwa Chris Pincher, seorang anggota parlemen Konservatif mengundurkan diri dari perannya sebagai cambuk partai.