Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Ivanka Trump, putri mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku sedih saat mendengar kabar meninggalnya mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe.
Ivanka Trump menyebut Abe sebagai 'tokoh bersejarah dan pemimpin yang selalu bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi'.
"Saya turut sedih dengan kematian mantan PM Shinzo Abe, sosok yang benar-benar bersejarah dan pemimpin dengan konsekuensi abadi," kata Ivanka Trump, dalam cuitannya di akun Twitter miliknya.
Baca juga: Presiden Taiwan Syok Shinzo Abe Meninggal akibat Ditembak: Kami telah Kehilangan Seorang Teman Dekat
Dikutip dari laman Al Jazeera, Sabtu (9/7/2022), Ivanka juga berterima kasih dengan nasihat serta masukan yang diberikan saat bertemu dengannya.
Menurutnya, apa yang disampaikan Abe padanya sangat berdampak pada sikapnya selama membantu sang ayah, Trump dalam memimpin AS.
"Nasihat, kebijaksanaan dan kehangatan Abe memiliki dampak mendalam pada saya selama pelayanan pemerintahan yang saya lakukan. Hati saya bersama keluarga dan orang-orang Jepang serta dunia yang berduka atas kepergiannya," tegas Invanka.
Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe, salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah pascaperang Jepang, dinyatakan meninggal dunia pada Jumat sore waktu setempat.
Ia menghembuskan napas terakhirnya setelah ditembak saat sedang menyampaikan pidatonya dalam kampanye untuk anggota partainya di Kota Nara.
Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida sebelumnya menggambarkan bahwa Abe sedang dalam 'kondisi serius' setelah tidak sadarkan diri pasca mengalami tembakan pada bagian leher dan dada.
Baca juga: Kepolisian Jepang Ungkap Motif Pelaku Penembakan Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe
Beberapa jam setelah penembakan, Abe dinyatakan meninggal pada usia 67 tahun.
Terkait jejak politiknya, Abe merupakan Perdana Menteri terlama di Jepang, dengan dua masa jabatan dari periode 2006 hingga 2007 dan 2012 hingga 2020.
Masa jabatan Abe diwarnai oleh skandal dan perselisihan, dan ia akhirnya mengundurkan diri dengan alasan kesehatan yang buruk.
Dirinya kemudian mengakui bahwa ia sedang menderita penyakit yang didiagnosis sebagai kolitis ulserativa.
Kendati mengaku sedang sakit, Abe tetap mendominasi Partai Demokrat Liberal (LDP).
Ia memimpin faksi terbesar partai dan ada pembicaraan bahwa dirinya sedang mempertimbangkan untuk kembali ke panggung politik jika ada kesempatan.
Pencapaian rekor Abe sebagai perdana menteri sebelum mengundurkan diri pada 2020, ditunjukkan dengan membawa stabilitas ke Jepang setelah enam pemerintahan.
Baca juga: Mantan PM Jepang Shinzo Abe Meninggal, Jusuf Kalla Ucapkan Belasungkawa dan Merasa Kehilangan
Ia membantu Jepang keluar dari siklus deflasi, menghadapi pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mempertanyakan satu-satunya aliansi militer negara itu, dan bekerja untuk meningkatkan hubungan dengan mitra dagang terbesarnya China, yang paling bermusuhan dalam beberapa dekade saat dirinya menjabat.
Abe mungkin paling dikenal karena rencananya untuk menghidupkan kembali ekonomi Jepang yang lesu melalui pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya dan reformasi peraturan yang akhirnya diberi label 'Abenomics'.
Ia dipandang sebagai tangan yang sanggup mengkonsolidasikan kekuatan selama rekor jabatan kali kedua, dan mampu mengatasi skandal.
Ini termasuk salah satu yang terungkap pada 2017 atas alokasi lahan pemerintah yang dipertanyakan untuk sekolah yang diberikan kepada rekanan Abe dan istrinya Akie.
Abe memainkan peran utama dalam memenangkan Olimpiade 2020 untuk Tokyo, yang kemudian ditunda satu tahun hingga 2021 karena pandemi virus corona (Covid-19).