TRIBUNNEWS.COM - Ribuan pengunjuk rasa telah menduduki kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe, CNA melaporkan.
Sebelumnya, massa mulai menyerbu rumah dinas tersebut pada Sabtu (9/7/2022) untuk menuntut Gotabaya Rajapaksa mundur dari jabatannya.
Meskipun ketenangan telah kembali ke jalan-jalan di Kolombo pada hari Minggu, sepanjang hari orang-orang Sri Lanka yang penasaran berkeliaran di kediaman presiden yang digeledah.
Seorang penjual saputangan berusia 61 tahun BM Chandrawathi, ditemani oleh putri dan cucunya, mengatakan dia belum pernah melihat fasilitas mewah seperti di kediaman presiden.
"Saya belum pernah melihat tempat seperti ini dalam hidup saya," kata BM Chandrawathi saat dia mencoba sofa mewah di kamar tidur lantai pertama.
BM Chandrawathi menambahkan, dia merasa tertipu karena selama ini masyarakat menderita sementara pemerintah menikmati kemewahan.
Baca juga: Ketika Demonstran Kuasai Istana Presiden Sri Lanka, Berpesta Hingga Temukan Pakai Dalam Rajapaksa
"Mereka menikmati kemewahan super sementara kami menderita. Kami ditipu. Saya ingin anak-anak dan cucu-cucu saya melihat gaya hidup mewah yang mereka nikmati," katanya.
Di dekatnya, sekelompok pemuda bersantai di tempat tidur bertiang empat.
Beberapa orang juga terlihat berdesak-desakan di atas treadmill yang dipasang di depan jendela besar yang menghadap ke halaman rumput yang terawat.
Para pemimpin gerakan protes mengatakan mereka akan menempati kediaman presiden sampai Gotabaya Rajapaksa mundur dari jabatannya.
Pernyataan itu disampaikan sehari setelah Ranil Wickremesinghe mengatakan akan mundur untuk mengizinkan pemerintah sementara semua partai mengambil alih, dengan Gotabaya Rajapaksa dijadwalkan mundur pada 13 Juli, menurut ketua parlemen.
"Presiden harus mengundurkan diri, perdana menteri harus mengundurkan diri dan pemerintah harus pergi," kata penulis drama Ruwanthie de Chickera dalam konferensi pers di lokasi protes utama di Kolombo.
Diapit oleh para pemimpin lain yang membantu mengoordinasikan gerakan melawan pemerintah, dia menegaskan massa tidak akan keluar dari kediaman resmi presiden dan perdana menteri sampai saat itu.
Krisis Ekonomi