Riyadh sangat menyadari masalah Khashoggi sangat dipolitisasi Washington dan dengan tegas menolak tuduhan Gedung Putih.
Menanggapi tuduhan pemerintah Biden, MBS mengutip penyiksaan Abu Ghraib dan penyalahgunaan tahanan yang dilakukan oleh militer AS dan personel CIA di Irak pada awal 2000-an.
Banyak kasus-kasus liar di berbagai tempat yang menurut Saudi terjadi di bawah pengawasan pemerintah AS.
Riyadh juga mengutip fakta pada tahun sama ketika Khashoggi dibunuh, lebih dari 248 jurnalis terbunuh di seluruh dunia dan tidak ada yang membicarakan mereka.
Al Ibrahim menduga tidak ada hal dan komitmen baru diperoleh Presiden Biden dari Timur Tengah, terutama Arab Saudi.
“Para pemimpin Teluk yang sekarang belum tentu sama dengan para pemimpin lama. Mereka memiliki agenda baru. Mereka memiliki visi baru mereka sendiri," katanya.
Satu-satunya pertanyaan adalah apakah Washington telah memahami hal ini dan akan mendamaikan dirinya dengan kenyataan baru ini.
Pangeran MBS pada 16 Juli menegaskan soal isu minyak, Riyadh bisa meningkatkan produksi minyak mentah dari 10 juta barel per hari menjadi 13 juta per hari pada 2027.
Dr Abdulkhaleq Abdulla, profesor ilmu politik di Universitas Emirates mengomentari, Biden masih belum menunjukkan sikapnya yang jelas tentang posisi AS di Timur Tengah.
Meski telah menyatakan AS takkkan meninggalkan Timur Tengah dan memberikan kesempatan kepada Cina dan Iran untuk mengisi kekosongan, kebijakan AS agak berubah.
Pada Juni 2021 Pentagon telah menarik sekitar delapan baterai anti-rudal Patriot dari Irak, Kuwait, Yordania, dan Arab Saudi.
Sistem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) juga ditarik dari Arab Saudi pada waktu itu.
Washington menurutnya mengalihkan fokusnya ke Eropa dan Indo-Pasifik dari Timur Tengah.(Tribunnews.com/RT/Sputniknews/xna)