Dalam sebuah pernyataan kepada AFP, administrator NASA Bill Nelson mengatakan pihaknya belum mengetahui kabar keputusan Rusia.
Eksplorasi ruang angkasa menjadi salah satu dari sedikit bidang di mana kerja sama antara Rusia dan AS dan sekutunya belum terputus oleh ketegangan di Ukraina dan di tempat lain.
Badan Antariksa Terdampak Sanksi
Rusia sangat bergantung pada impor segala sesuatu mulai dari peralatan manufaktur hingga barang-barang konsumen.
Sehinga efek sanksi Barat diperkirakan akan berisiko besar terhadap perekonomian Rusia dalam jangka panjang.
Pakar luar angkasa, Vadim Lukashevich, mengatakan ilmu antariksa tidak dapat berkembang di negara dengan sanksi berat.
"Jika ISS tidak ada lagi pada 2024, kita tidak akan punya tempat untuk terbang," kata Lukashevich kepada AFP.
"Yang dipertaruhkan adalah pelestarian penerbangan berawak di Rusia, tempat kelahiran kosmonotika."
Soal rencana membangun stasiun pengorbit baru, pakar menilai misi Rusia akan membutuhkan waktu sangat lama.
Analis luar angkasa, Vitaly Yegorov, mengatakan hampir tidak mungkin membangun stasiun pengorbit baru dari awal hanya dalam beberapa tahun.
"Baik pada tahun 2024, atau pada tahun 2025, atau pada tahun 2026 tidak akan ada stasiun orbit Rusia," kata Yegorov kepada AFP.
Baca juga: Rusia Serang Gudang Pangan di Pelabuhan Odessa, Harga Gandum Langsung Melonjak
Baca juga: Ukraina dan Guatemala Menandatangani Perjanjian Bebas Visa
Dia menambahkan, bahwa membuat stasiun luar angkasa yang lengkap akan membutuhkan setidaknya satu dekade dengan pendanaan yang besar.
Yegorov mengatakan kepergian Rusia dari ISS berarti Moskow mungkin harus menghentikan program penerbangan berawaknya "selama beberapa tahun" atau bahkan "tanpa batas".
Langkah itu juga bisa membuat Rusia meninggalkan pelabuhan antariksa utamanya, Baikonur, yang disewanya dari Kazakhstan, kata Yegorov.
Roket Soyuz Rusia adalah satu-satunya cara untuk mencapai Stasiun Luar Angkasa Internasional sampai SpaceX, yang dijalankan oleh miliarder Elon Musk, meluncurkan kapsul pada tahun 2020.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)