Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Sebanyak sembilan negara dapat terkontaminasi jika Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporozhye yang dikendalikan Rusia di Ukraina selatan dihantam beberapa sistem peluncuran roket.
Pernyataan ini disampaikan seorang mantan Kepala Inspektur Otoritas Nuklir Uni Soviet, Vladimir Kuznetsov.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (17/8/2022), pasukan Rusia telah menguasai PLTN Zaporozhye yang merupakan fasilitas terbesar di Eropa, sejak awal operasi militernya di Ukraina.
Sejak saat itu, Rusia telah berulang kali menuduh Ukraina meluncurkan serangan artileri dan drone ke fasilitas tersebut.
Namun pejabat Ukraina mengklaim bahwa Rusia menembaki diri mereka sendiri untuk mendiskreditkan Ukraina.
Dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan pada Selasa kemarin, Kuznetsov memperingatkan bahwa jika pabrik terkena tembakan sistem peluncuran roket, dengan banyak rudal menyerang fasilitas penyimpanan yang menyimpan bahan bakar nuklir bekas, kemungkinan akan menimbulkan lebih banyak kerusakan.
Baca juga: Dihujani Sanksi Barat, Pihak Rusia Klaim PDB Hanya Susut 4,2 Persen Jauh dari Perkiraan 7,8 Persen
Peristiwa itu tentu akan membuat radiasi menyebar tidak hanya di lingkungan lokasi industri itu saja, namun juga sungai Dnepr yang ada di dekatnya.
Kuznetsov juga menunjukkan bahwa serangan seperti itu kemungkinan besar akan disertai dengan munculnya api.
Ia pun menduga bahwa jika 20 hingga 30 kontainer dibobol dalam serangan semacam itu, maka radiasi akan berdampak pada sekitar 9 negara yakni Turki, Bulgaria, Rumania, Slovakia, Republik Ceko, Polandia, negara-negara Baltik dan tentu saja Ukraina Barat.
Sebelumnya, pasukan Rusia telah mengambil alih PLTN Zaporozhye pada awal Maret lalu, dalam dua minggu pertama aksi invasinya melawan Ukraina.
Dalam beberapa pekan terakhir, militer Rusia menuduh Ukraina sengaja menargetkan fasilitas tersebut beberapa kali dan memperingatkan bahwa bencana nuklir besar yang mirip dengan yang terjadi di Chernobyl pada 1986, atau bahkan lebih buruk, dapat terjadi jika serangan seperti itu terus berlanjut.
Sementara itu, Ukraina membantah tuduhan itu dan mengklaim bahwa pasukan Rusia yang menembaki pembangkit listrik untuk menjebak militer Ukraina, sebuah sudut pandang yang diyakini oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut serangan itu sebagai aksi 'bunuh diri' dan mengusulkan pengiriman delegasi Badan Energi Atom Internasional ke situs tersebut untuk memberikan 'dukungan teknis' serta membantu menghindari eskalasi lebih lanjut.
Pada Selasa kemarin, anggota administrasi pemerintah daerah Vladimir Rogov mengatakan bahwa pasukan Ukraina telah menembakkan beberapa roket langsung ke sistem pendingin dan tempat penyimpanan limbah nuklir di dalam fasilitas tersebut.
"Karena lokasi penyimpanan berada di tempat terbuka, maka setiap serangan akan menghasilkan pelepasan limbah nuklir mulai dari puluhan hingga ratusan kilogram dan menyebabkan kontaminasi di area tersebut. Dalam bahasa sederhana, itu seperti bom kotor," kata Rogov.