TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan politik di Irak yang telah berlangsung selama berbulan-bulan ketika upaya pembentukan pemerintah baru meluas menjadi aksi kekerasan.
Sedikitnya 15 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka dalam bentrokan antara milisi di Zona Hijau Baghdad saat jam malam nasional diberlakukan.
Aksi penembakan terjadi menyusul mundurnya ulama Syiah ternama Moqtada al Sadr dari panggung politik
Dikutip The Guardian, pendukung Sadr, yang telah melakukan aksi di parlemen di Zona Hijau, menerobos pintu masuk Istana Presiden, tempat pertemuan kabinet biasanya diadakan.
Menjelang malam, pasukan yang setia kepada Sadr telah dikerahkan di seluruh Baghdad.
Di antaranya banyak yang merusak poster para pemimpin Syiah yang didukung Iran, termasuk jenderal Iran Qassem Suleimani, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020.
Baca juga: Perselisihan Diplomatik Irak dan Turki Dipicu Tewasnya Turis Akibat Kena Peluru Artileri di Baghdad
Setidaknya tujuh peluru ditembakka di Zona Hijau pada Senin malam (28/8/2022), menurut sumber keamanan yang dikutip oleh Agence-France Presse.
Tidak segera jelas siapa yang berada di balik penembakan itu, yang diikuti dengan tembakan otomatis di daerah yang dijaga ketat.
Pada Juli 2022, Sadr telah mengirim pengikutnya untuk menduduki parlemen.
Dia menyerukan perubahan besar-besaran pada sistem politik yang telah mengukir Irak menjadi wilayah kekuasaan sektarian.
Sekjen PBB serukan agar situasi segera diredakan
Situasi ini itu memberikan selubung baru di Irak.
Kebuntuan politik dan pergumulan sengit untuk pengaruh antara kepentingan yang didukung Iran dan partai-partai yang setia kepada Baghdad telah memburuk selama 10 bulan terakhir.
Baca juga: Berita Foto : Mengunjungi Menara Spiral Masjid Agung Samarra Irak
Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) mengatakan António Guterres pada Senin (29/8/2022) menyerukan semua pihak untuk "mengambil langkah segera untuk meredakan situasi".
Pengunjuk rasa menyerbu ruang pertemuan Istana
Di dalam istana, pengunjuk rasa bersantai di kursi berlengan di ruang pertemuan, ketika beberapa orang mengibarkan bendera Irak dan mengambil foto diri mereka sendiri, sementara yang lain memasuki kolam renang di taman.
Protes juga pecah di provinsi selatan mayoritas Syiah, dengan pendukung Sadr membakar ban dan memblokir jalan di provinsi kaya minyak Basra dan ratusan berdemonstrasi di luar gedung kegubernuran di Missan.
Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi, memberlakukan jam malam di sebagian besar kota besar dan kecil, kecuali Kurdi utara, mulai pukul 19:30 waktu setempat.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)