TRIBUNNEWS.COM - Banjir di Pakistan berdampak luas bagi sejumlah sektor di negara itu.
Selain masalah kesehatan yang mulai menyerang para warga, perekonomian patut menjadi catatan pemerintahan.
Deretan masalah ekonomi di negara itu terangkum melalui artikel Aljazeera.
Tanveer Aziz Kingrani berencana menghabiskan bulan Agustus untuk mempersiapkan ujian semesternya di Universitas Sindh.
Sebaliknya, calon fisikawan berusia 23 tahun itu berkemah di tenda bersama 18 anggota keluarga selama seminggu terakhir setelah desanya benar-benar terendam banjir.
Seorang penduduk desa Haji Manik Khan, 20km (12 mil) dari kota Dadu di provinsi selatan Pakistan Sindh, Kingrani dan keluarganya termasuk di antara 33 juta orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena hujan dan banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya. wilayah itu bulan lalu.
Tapi bukan hanya tunawisma yang ada di pikiran Kingrani.
“Tanaman kami hancur total. Kami tidak punya apa-apa lagi untuk diri kami sendiri, atau untuk pasar. Kami menderita kerugian setidaknya 1,8 juta rupee Pakistan ($8.000),” katanya kepada Al Jazeera melalui telepon.
Baca juga: Danau Terbesar di Pakistan Terancam Meluap, Ribuan Rumah Warga Berisiko Terendam
Di lahan pertanian seluas 12 hektar (30 acre) milik ayah Kingrani, ia menabur padi, kapas, dan gandum selama musim dingin. Tapi hujan tidak hanya menghancurkan tanaman padi dan kapasnya, keluarga Kingrani sekarang juga mengkhawatirkan panen gandum mereka.
“Ada begitu banyak air sehingga tidak mungkin surut atau mengering sebelum tiga bulan ke depan, dan itu berarti kita akan kehilangan waktu untuk menabur tanaman gandum,” kata Aziz Kingrani, ayah Tanveer.
“Saya tidak memiliki sumber pendapatan lain selain tanah dan pensiun saya,” kata Aziz, seorang pensiunan profesor. “Saya tidak tahu bagaimana saya akan memberi makan 18 orang dengan pensiun saya yang sedikit. Saya mungkin hanya perlu memanggil kembali putra saya dari kampusnya untuk membantu saya.”
Derita di Provinsi Termiskin
Sekitar 800 km (500 mil) barat laut desa Kingrani, kisah serupa terjadi di Balochistan, provinsi paling miskin di Pakistan yang mengalami curah hujan 500 persen lebih banyak daripada rata-rata tahunan di bulan Agustus.
Abdul Bashir Jatoi, seorang petani di kota Dera Allah Yar, mengatakan seluruh desanya, termasuk 10 hektar (25 hektar) lahan pertanian, telah terendam. Seperti halnya sekitar 800 hektar (2.000 hektar) tanah subur di empat hingga lima desa yang berdampingan.