Namun mereka tidak ditahan di penjara.
"Mereka hidup bebas dan sukarela di Rusia, dan tidak ada yang mencegah mereka pindah atau mencegah mereka meninggalkan negara itu," katanya.
Nebenzia mengungkap, warga Ukraina melewati prosedur pendaftaran bukannya penyaringan.
Ia menyamakan ini dengan hal serupa dengan yang dilakukan untuk pengungsi Ukraina di Polandia dan negara-negara lain di Uni Eropa.
Thomas-Greenfield mengaku AS telah memprediksi bantahan dari Rusia, dan mengusulkan agar PBB mengecek tudingan tersebut.
"Berikan akses kepada pengamat independen. Beri LSM akses. Izinkan akses kemanusiaan. Biarkan dunia melihat apa yang sedang terjadi," kata dia.
Baca juga: Saat Ukraina Rayakan Keberhasilan Serangan Balasan, Rusia Tingkatkan Kekuatan
Baca juga: Bantu Militer Ukraina Hadapi Invasi Selama Musim Dingin, NATO Pasok Ratusan Ribu Seragam Perang
Sebelumnya, kantor HAM berhasil mendokumentasikan pasukan Rusia dan afiliasinya melakukan penggeledahan tubuh secara telanjang kepada warga Ukraina.
Mereka juga disebut melakukan interogasi soal latar belakang, ikatan keluarga, pandangan dan arah politik, hingga pemeriksaan alat komunikasi, ungkap Ilze Brands Kehris, asisten sekretaris jenderal PBB untuk HAM.
Lebih lanjut, ungkap Kehris, kantor HAM juga menemukan bahwa pria dan wanita yang dianggap memiliki hubungan dengan militer atau pemerintah Ukraina akan jadi sasaran perlakuan buruk hingga dihukum.
Ini juga berlaku kepada mereka yang berpandangan pro-Ukraina atau anti-Rusia.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)