Di selatan, empat warga sipil terluka ketika rudal Rusia menghantam Kota Nikopol.
Pada Senin (3/10/2022), pasukan Ukraina juga mencetak keuntungan yang signifikan di selatan.
Mereka mengibarkan bendera di atas desa Arkhanhelske, Myroliubivka, Khreshchenivka, Mykhalivka dan Novovorontsovka.
Keberhasilan Ukraina di timur dan selatan terjadi ketika Rusia dalam proses meresmikan pencaplokan empat wilayah Ukraina.
Majelis Tinggi Parlemen Rusia, Dewan Federasi, pada Selasa ini meratifikasi perjanjian untuk menjadikan wilayah timur Donetsk dan Luhansk serta wilayah Kherson dan Zaporizhzhia selatan bagian dari Rusia.
Sekutu Cemooh Pasukan Putin
Penarikan pasukan Rusia dari kota strategis di timur Ukraina memicu ejekan dari sekutu dekat Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Hilangnya Kota Lyman, di Donetsk, membuat Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov buka suara.
Kemunduran pasukan Rusia di Kota Lyman, membuat bagian barat wilayah Luhansk dalam ancaman.
Kadyrov menyarankan Rusia mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir taktis berdaya rendah di Ukraina, lapor Reuters.
"Nepotisme di tentara tidak akan membawa kebaikan," kata Kadyrov, seraya menambahkan bahwa komandan pasukan Rusia di daerah itu harus dilucuti medalinya dan dikirim ke garis depan dengan senjata untuk menghapus rasa malunya dengan darah.
Kadyrov mengatakan kritiknya adalah kebenaran pahit tentang pasukan tempur Rusia, yang menurutnya berisi orang-orang tanpa kemampuan serta mengecewakan negara.
Baca juga: Korea Utara Dukung Hasil Referendum terkait Pencaplokan 4 Wilayah Baru ke Rusia
Baca juga: Pemimpin Chechnya Berjanji Kirim Anak-anaknya yang Masih Remaja ke Medan Perang untuk Bantu Rusia
Pria yang dikenal sebagai salah satu pendukung setia Putin ini, sejak awal mendukung invasi Rusia ke Ukraina serta mengirim banyak militer Chechnya ke garis depan.
Kadyrov mengaku telah memperingatkan Valery Gerasimov soal kemungkinan kekalahan di Kota Lyman sejak dua pekan lalu, namun tidak diindahkan.
Valery Gerasimov (67), merupakan kepala staf umum Rusia sekaligus orang terkuat ketiga di militer setelah Putin dan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.
"Saya tidak tahu apa yang dilaporkan kementerian pertahanan kepada panglima tertinggi (Putin), tetapi menurut pendapat pribadi saya, tindakan yang lebih drastis harus diambil," kata Kadyrov.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)