TRIBUNNEWS.COM - Rudal milik Rusia menabrak infrastruktur di seluruh Ukraina, menghancurkan sejumlah fasilitas listrik dan air pada Selasa (18/10/2022) pagi.
Mayor Zhytomyr, sebuah kota berpenduduk 263.000 orang, mengatakan serangan itu telah mematikan pasokan listrik dan air.
Dua ledakan mengguncang fasilitas energi di kota tenggara Dnipro, sebuah kota berpenduduk hampir 1 juta jiwa, menyebabkan kerusakan serius, menurut Kyrylo Tymoshenko, ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Di Pelabuhan Mykolaiv, Ukraina selatan, sebuah rudal menghantam sebuah gedung apartemen yang menewaskan sedikitnya satu orang, kata seorang saksi mata.
Ledakan tersebut terdengar dan asap terlihat membubung di Kyiv.
Ada juga laporan tentang fasilitas listrik yang menjadi sasaran di Kota Kharkiv, sebuah kota dengan penduduk 1,43 juta orang sebelum perang, dekat dengan perbatasan Rusia.
Zelensky menuduh Rusia meneror dan membunuh warga sipil dengan serangan udara, yang terjadi sehari setelah serangan pesawat tak berawak di Kyiv dan kota-kota lain yang menewaskan sedikitnya empat orang.
"Ukraina dikecam oleh penjajah. Mereka terus melakukan yang terbaik, meneror dan membunuh warga sipil," tulis Zelensky di aplikasi perpesanan Telegram yang dikutip Channel News Asia.
"Negara teroris tidak akan mengubah apa pun untuk dirinya sendiri dengan tindakan seperti itu. Itu hanya akan menegaskan esensinya yang merusak dan membunuh, yang pasti akan dimintai pertanggung jawaban."
Tidak ada kabar segera tentang berapa banyak orang yang tewas dalam serangan itu.
Rusia awal bulan ini menunjuk Jenderal Sergei Suvorikin sebagai komandan keseluruhan dari apa yang disebut Moskow sebagai "operasi khusus" di Ukraina.
Suvorikin bertugas di Suriah dan Chechnya, di mana pasukan Rusia menggempur kota-kota dalam kebijakan "bumi hangus" terhadap musuh-musuhnya.
Dijuluki "Jenderal Armageddon" oleh media Rusia karena dugaan ketangguhannya, pengangkatannya diikuti oleh gelombang serangan rudal terbesar terhadap Ukraina sejak invasi Moskow pada 24 Februari.
Rusia melakukan serangan terbarunya pada hari Selasa setelah Amerika Serikat (AS) memperingatkan akan meminta pertanggung jawaban Moskow atas setiap kejahatan perang.