Invasi Rusia baru-baru ini ke Ukraina, yang tidak dikutuk China, juga menimbulkan kekhawatiran bahwa Beijing mungkin mengambil langkah serupa terhadap 23 juta orang Taiwan.
Analis militer telah lama memperingatkan penyerangan ke Taiwan adalah tugas yang sulit, mengingat lokasi dan medannya.
Baca juga: Xi Jinping Tegaskan Tekad China untuk Reunifikasi dengan Taiwan
Kepala keamanan nasional Taiwan, Chen Ming-tong menggemakan sentimen itu dan menyampaikan peringatannya sendiri kepada Xi Jinping.
"Saya ingin dengan sungguh-sungguh memberi tahu pihak berwenang Beijing bahwa tidak ada peluang menang untuk menyerang Taiwan dengan paksa," katanya kepada wartawan pada hari Kamis di Taipei.
"Itu akan mengarah pada sanksi ekonomi internasional dan isolasi diplomatik, merusak 'peremajaan besar bangsa China' (Xi Jinping) dan membuatnya menjadi orang berdosa bagi bangsa China."
Blinken Sebut Rencana China Caplok Taiwan Bergerak Lebih Cepat
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan pemerintah China sedang mengejar rencananya untuk mencaplok Taiwan.
Di bawah pemerintahan Presiden China Xi Jinping, pencaplokan Taiwan akan bergerak jauh lebih cepat.
Berbicara dengan Mantan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice di Universitas Stanford pada Senin (17/10/2022), Blinken mengatakan perdamaian dan stabilitas antara China dan Taiwan telah berhasil dipertahankan selama beberapa dekade, tetapi Beijing telah mengubahnya.
"Alih-alih bertahan dengan status quo yang didirikan dengan cara yang positif, (Beijing telah membuat) keputusan mendasar bahwa status quo tidak lagi dapat diterima, dan Beijing bertekad untuk mengejar reunifikasi pada waktu yang jauh lebih cepat," kata Blinken sebagaimana dikutip The Guardian.
Pertanyaan tentang Taiwan diajukan ke Blinken di menit-menit terakhir percakapan selama satu jam.
Dia memperingatkan bahwa destabilisasi Selat Taiwan adalah "keprihatinan mendalam bagi negara-negara di seluruh dunia".
Baca juga: Pembukaan Kongres Partai Komunis China: Xi Jinping Bicara soal Taiwan, Hong Kong hingga Nol-Covid
"Jumlah lalu lintas komersial yang melewati Selat setiap hari dan berdampak pada ekonomi di seluruh dunia sangat besar," katanya.
"Jika itu terganggu sebagai akibat dari krisis, negara-negara di seluruh dunia akan menderita. Jika produksi Taiwan terganggu akibat krisis, Anda akan mengalami krisis ekonomi di seluruh dunia."