TRIBUNNEWS.COM - Armada kapal tanker bermuatan minyak Rusia berlabuh di dekat Singapura dan Malaysia menjelang sanksi dari Uni Eropa (UE) yang mulai berlaku awal tahun depan.
Rusia mulai mengalihkan arus ekspor minyaknya ke Asia sejak dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat.
Sekitar 1,1 juta ton High Sulfur Fuel Oil (HSFO) sedang disimpan di kapal dalam seminggu hingga 24 Oktober, menurut Vortexa Ltd.
Meski volume telah sedikit berkurang dari rekor, itu masih lebih dari dua kali lipat tingkat tahun lalu.
HSFO digunakan untuk pembangkit listrik dan bahan bakar kapal yang dilengkapi dengan kit pengurang polusi.
Menyusul sanksi baru Uni Eropa, Rusia kemungkinan akan bersandar lebih keras di Asia sebagai pasar ekspor, kata para analis.
Baca juga: Mercedes Benz Segera Cabut dari Rusia, Jual Sahamnya ke Investor Lokal
Putaran sanksi yang baru dimulai pada 5 Desember dan termasuk larangan asuransi untuk kapal tanker yang membawa minyak Rusia, bahkan untuk tujuan di luar Uni Eropa, lapor SCMP.
Bahan bakar minyak Rusia terkadang dibawa dengan beberapa kapal sebelum berakhir di gudang terapung di wilayah tersebut.
Sagar Violet memuat bahan bakar minyak dari Ust-Luga di Rusia sebelum menurunkan beberapa kargonya ke kapal tanker lain bernama Parosea dekat Malaysia, menurut Vortexa.
Parosea kemudian mentransfer sebagian bahan bakar ke Fortune Star, yang saat ini berlabuh di dekat Tanjung Pelepas.
Bahan bakar minyak dari Rusia sedang memasuki pasar pengisian bahan bakar kapal regional, penyulingan dan pembangkit listrik, kata Roslan Khasawneh, analis bahan bakar minyak senior di Vortexa.
Hampir 65 persen dari semua arus ekspor minyak Rusia, yang mengisyaratkan Singapura sebagai tujuan, telah berakhir di tanker penyimpanan terapung komersial di sekitar Tanjung Pelepas selama tiga bulan terakhir, katanya.
Penggunaan bahan bakar kotor untuk kapal menurun setelah industri menerapkan aturan untuk mengurangi emisi pada tahun 2020.
Selain itu, penggunaannya dalam pembangkit listrik juga telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.