Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Saat Korea Selatan (Korsel) berduka atas tragedi Halloween Itaewon yang menewaskan sedikitnya 154 orang, muncul pertanyaan tentang bagaimana bencana semacam itu bisa terjadi di daerah populer, di mana orang-orang diketahui biasa berkumpul.
Tersiar kabar jika saat tragedi Halloween Itaewon terjadi, bahkan nyaris tidak ada petugas penyelamat.
Baca juga: Kesaksian Petugas Tangani Pesta Halloween di Itaewon: Kami Miliki Firasat Buruk, Mereka Mengigau
Benarkah demikian? Mengapa bisa saat pesta sebesar itu tidak ada petugas hingga ragedi Halloween Itaewon terjadi.
Seorang engunjung bernama Suah Cho yang berusia 23 tahun sempat terjebak dalam kerumunan.
Namun ia berhasil menyelamatkan diri ke sebuah bangunan di sepanjang gang.
Saat ditanya apakah dirinya melihat petugas yang mencoba membatasi jumlah orang yang memasuki gang, ia menjawab 'Sebelum kejadian, tidak sama sekali'.
Sedangkan saksi mata lainnya menggambarkan situasinya menjadi 'semakin buruk'.
Baca juga: Seorang Warga Australia Turut Menjadi Korban Tewas dalam Pesta Hallowen di Itaewon
Mereka mengatakan dapat mendengar 'orang-orang meminta bantuan untuk orang lain, karena tidak ada 'petugas penyelamat yang dapat menangani semua itu'.
Lalu apa yang dikatakan para pejabat terkait tragedi ini?
Dikutip dari laman CNN, Senin (31/10/2022), Menteri Dalam Negeri dan Keamanan Korsel Lee Sang-min mengatakan pada hari Minggu kemarin bahwa 'banyak' polisi dan pasukan keamanan telah dikirim ke wilayah lain di kota Seoul pada Sabtu lalu sebagai tanggapan atas kemungkinan terjadinya aksi protes di sana.
Sementara itu di Itaewon, massanya tidak terlalu besar, sehingga hanya pasukan keamanan 'normal' saja yang dikerahkan.
Presiden Yoon Suk Yeol pun telah berjanji untuk menerapkan langkah-langkah baru demi mencegah insiden serupa terjadi lagi.
"Pemerintah akan melakukan inspeksi darurat, tidak hanya untuk acara Halloween namun juga untuk festival lokal dan mengelolanya secara menyeluruh, sehingga dilakukan dengan tertib dan aman," kata Yoon.
Baca juga: Kesaksian Pengunjung Pesta Halloween Itaewon: Terjebak dan Tidak Bisa Berbuat Apa-apa
Pakar Manajemen Bencana dan Analis Keamanan Nasional, Juliette Kayyem mengatakan sebenarnya tragedi Halloween Itaewon mematikan ini dapat dicegah sejak awal.
Tragedia Halloween Itaewon ini Halloween Itaewon bahkan sebelum perayaan Halloween di distrik Itaewon, Seoul dimulai pada Sabtu (29/10/2022) malam.
"Sulit untuk menentukan secara tepat apa yang mungkin menjadi pemicu kekacauan itu, namun pihak berwenang seharusnya bisamengantisipasi jumlah yang tinggi sebelum Sabtu malam," kata Kayyem.
Menurutnya, ada tanggung jawab dari pihak berwenang untuk memantau volume kerumunan secara real time.
"Sehingga mereka dapat mengetahui momentum di mana mereka harus segera mengevakuasi orang," jelas Kayyem.
Korban Bertambah
Korban tewas terkait lonjakan massa perayaan Halloween di distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan (Korsel), pada Sabtu malam.
Dikutip dari laman CNN, Senin (31/10/2022), Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel pada hari Minggu mengatakan bahwa korban tewas naik menjadi 154 orang.
Baca juga: Sekjen PBB Antonio Guterres Sangat Sedih Dengar Insiden Tragis Pesta Halloween di Itaewon
Menurut kementerian tersebut, setidaknya 26 Warga Negara asing (WNA) tewas dalam tragedi itu.
Kementerian itu mengatakan akan mengambil semua langkah untuk memberikan dukungan kepada keluarga WNA yang tewas.
Mulai dari mengizinkan masuk ke Korea Selatan hingga membantu pengaturan pemakaman.
Sebelumnya, setidaknya 153 orang tewas dalam tragedi itu, sedangkan 133 lainnya terluka saat kerumunan orang yang merayakan Halloween membludak di gang-gang sempit distrik Itaewon yang selama ini dikenal dengan kehidupan malam yang populer di Seoul.
Dalam tragedi tersebut, korban didominasi remaja dan dewasa muda berusia 20-an tahun.
Baca juga: Tragedi Pesta Halloween Itaewon, Pakar Ungkap Tanda-tanda Peringatan Kerumunan Jadi Sangat Padat
Tragedi mematikan ini tentu menjadikannya sebagai salah satu bencana terburuk di Korsel.
Di sisi lain, pemerintah Korsel telah mengadakan emergency meeting dan emergency response untuk secara sigap melakukan evakuasi para korban, sehingga meminimalisir bertambahnya korban jiwa.
Kesaksian Petugas Layanan Darurat Seoul, Tarik Pengunjung pesta Halloween Itaewon yang Mengigau Lalu Pingsan
Seorang responden untuk tragedi mematikan akibat lonjakan massa perayaan Halloween di distrik Itaewon, Seoul, Korea Selatan (Korsel) pada Sabtu (29/10/2022) malam, telah memberikan laporan langsung tentang pemandangan menyedihkan yang dihadapi para pekerja darurat di lokasi kejadian.
Berbicara kepada CNN, ia meminta identitasnya dirahasiakan karena tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
"Pada (Sabtu) pukul 10.23 malam, kami menerima lebih dari lima laporan bahwa ada orang yang jatuh, dan mereka kemungkinan bisa terluka atau mati," kata responden itu.
Ia pun merasa ini merupakan kabar buruk, karena hari di mana pengiriman pesan itu dilakukan, bertepatan pula dengan perayaan Halloween di Itaewon.
Dan dirinya sangat paham seperti apa gang-gang yang ada di kawasan itu jika dipadati orang.
"Kami memiliki firasat buruk saat menerima pengiriman pesan kemarin. Kami tahu bahwa banyak orang akan berada di luar sana karena Halloween, dan gangnya sempit. Kami tahu bahwa di gang itu kita harus berjalan jauh sebelum terhubung dengan pinggir jalan. Jadi, kami menanggapi laporan itu dengan serius, bahwa mungkin ada kematian karena tekanan, jika gang itu memang dipenuhi orang," kata responden.
Baca juga: Tangisan Keluarga Sempat Tak Percaya Lee Ji Han Meninggal Dunia dalam Tragedi Halloween Itaewon
Dikutip dari laman CNN, Senin (31/10/2022), saat tiba di lokasi tersebut, ternyata memang benar, kepadatan terjadi dan petugas bahkan tidak dapat melihat kaki para pengunjung perayaan itu lantaran kerumunan itu memang sangat padat.
"Ketika kami tiba (di tempat kejadian), kami hanya dapat melihat tujuh, delapan, tidak, sepuluh baris wajah, kami bahkan tidak dapat melihat kaki mereka," tegas Responden tersebut.
Yang dilakukan para petugas layanan darurat ini saat itu adalah langsung menarik orang yang terlihat paling menekan kerumunan, tujuannya adalah agar bisa membuka ruang bagi korban lainnya agar bisa segera dievakuasi.
"Kami pikir mereka yang paling mendesak," tutur responden itu.
Namun setelah pihaknya menarik mereka keluar dari kerumunan itu, para korban ini ada yang mengigau lalu tidak sadarkan diri.
"Ketika kami menarik mereka keluar, mereka menjadi mengigau. Dan ketika kami meletakkannya (di tanah), kebanyakan dari mereka tidak sadarkan diri," pungkas responden itu.