TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Henry Kissinger, satu dari sangat sedikit diplomat dan negarawan terkemuka di dunia yang masih hidup, menulis proposal penyelesaian konflik Rusia-Ukraina.
Naskah Kissinger yang pernah jadi Menteri Luar Negeri AS itu dipublikasikan di situs Inggris The Spectator, Sabtu (17/12/2022). Isinya cukup mendalam, merujuk sejarah peperangan masa lalu.
Berikut esai proposal Henry Kissinger, tokoh legendaris politik global berdarah Yahudi yang kini berusia 99 tahun. Dialihbahasakan dengan penyesuaian tanpa mengubah substansi tulisan.
Sejarah Perang Dunia I
Perang dunia pertama adalah semacam bunuh diri budaya yang menghancurkan keunggulan Eropa.
Para pemimpin Eropa berjalan sambil tidur – dalam ungkapan sejarawan Christopher Clark – ke dalam konflik yang tidak seorang pun dari mereka akan memasukinya seandainya mereka meramalkan dunia pada akhir perang pada 1918.
Pada dekade sebelumnya, mereka telah menyatakan persaingan mereka dengan menciptakan dua kelompok aliansi yang strategis dan membuat jadwal masing-masing untuk mobilisasi.
Akibatnya, pada 1914, pembunuhan Putra Mahkota Austria di Sarajevo, Bosnia oleh seorang nasionalis Serbia dibiarkan meningkat menjadi perang umum.
Dimulai ketika Jerman menjalankan rencananya untuk mengalahkan Prancis dengan menyerang Belgia yang netral di sisi lain Eropa.
Negara-negara Eropa, yang tidak cukup mengetahui bagaimana teknologi telah meningkatkan kekuatan militer masing-masing, terus menimbulkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya satu sama lain.
Pada Agustus 1916, setelah dua tahun perang dan jutaan korban jiwa, para pejuang utama di barat (Inggris, Prancis, dan Jerman) mulai menjajaki prospek untuk mengakhiri pembantaian tersebut.
Di timur, saingan Austria dan Rusia telah meningkatkan pendapat, tidak ada kompromi yang dapat membenarkan pengorbanan yang telah dilakukan.
Tidak ada pula yang ingin menyampaikan kesan lemah, berbagai pemimpin untuk memulai proses perdamaian formal.
Oleh karena itu mereka mencari mediasi Amerika. Penjelajahan oleh Kolonel Edward House, utusan pribadi Presiden Woodrow Wilson, mengungkapkan perdamaian berdasarkan status quo ante yang dimodifikasi dapat dicapai.