News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Taliban Larang Perempuan Afghanistan Kuliah, PBB Kecam Penutupan Sekolah

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Perempuan Afghanistan meneriakkan slogan-slogan dan memegang plakat selama protes hak-hak perempuan di Kabul pada 21 Oktober 2021. - Taliban dengan keras menindak liputan media tentang protes hak-hak perempuan di Kabul pada 21 Oktober pagi, memukuli beberapa wartawan. (Photo by BULENT KILIC / AFP) - Taliban telah melarang perempuan Afghanistan untuk kuliah.

PBB Mengecam Taliban Afghanistan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam keputusan Taliban Afghanistan yang melarang perempuan Afghanistan untuk kuliah.

Pengumuman itu dikeluarkan saat Dewan Keamanan PBB bertemu di New York mengenai Afghanistan.

Utusan PBB Amerika Serikat dan Inggris sama-sama mengutuk langkah tersebut selama pertemuan dewan.

Taliban telah merebut kekuasaan lebih dari 15 bulan yang lalu, dikutip dari CBS News.

Mereka merampas hak-hak dasar anak perempuan dengan melarang pendidikan menengah pertama dan menengah atas.

Namun, perempuan diizinkan untuk menghadiri universitas di kelas yang dipisahkan berdasarkan gender.

Hingga kini tidak ada negara yang mengakui pemerintah Taliban.

Desas-desus penutupan universitas telah beredar di media sosial Afghanistan sejak pemimpin baru ditunjuk untuk posisi kementerian pendidikan tinggi.

Mawlawi Neda Muhamad dianggap sebagai garis keras Taliban dan dipilih oleh pemimpin tertinggi Taliban untuk posisi tersebut.

Baca juga: Konferensi Internasional Pendidikan untuk Perempuan Afghanistan Tidak Terkait Pengakuan Taliban

Taliban segera izinkan anak perempuan Afghanistan kembali ke sekolah. (UNICEF)

Tanggapan Perempuan Afghanistan

Seorang mahasiswi di Universitas Nangarhar mengatakan kekecewaannya terhadap keputusan Taliban.

Larangan menghadiri universitas itu datang beberapa minggu setelah perempuan Afghanistan mengikuti ujian kelulusan sekolah menengah mereka, meskipun mereka telah dilarang sekolah sejak Taliban mengambil alih negara itu tahun 2021.

"Saya tidak bisa memenuhi impian saya, harapan saya. Semuanya menghilang di depan mata saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa," kata seorang mahasiswi jurnalistik dan komunikasi tahun ketiga di Universitas Nangarhar kepada NPR.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini