TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI - Pemerintah Kota Shanghai meminta warga agar merayakan libur Natal di rumah demi menghindari penularan akibat lonjakan kasus Covid-19 di China ada pelonggaran pembatasan oleh Pemerintah.
Pihak berwenang Shanghai meminta penduduk untuk tinggal di rumah akhir pekan ini untuk mengupayakan perayaan Natal yang lebih tenang di kota terpadat di China itu ketika Covid-19 mengamuk secara nasional setelah pembatasan yang ketat dicabut.
Seperti dilaporkan Reuters, Komisi Kesehatan Kota Shanghai mendesak kaum muda khususnya untuk menghindari pertemuan yang ramai, karena mudahnya penyebaran virus Covid-19 dan suhu yang rendah.
Natal tidak dirayakan secara tradisional di Tiongkok, tetapi merupakan hal yang umum bagi pasangan muda dan beberapa keluarga untuk menghabiskan liburan bersama.
Covid-19 varian Omicron melonjak beberapa minggu setelah pihak berwenang China tiba-tiba mengakhiri kebijakan nol-Covid mereka, mencabut persyaratan pengujian yang ketat dan pembatasan perjalanan karena China akan bergerak menuju hidup dengan virus tersebut.
Banyak yang menyambut baik pelonggaran tersebut, namun keluarga dan sistem kesehatan tidak siap menghadapi lonjakan infeksi Covid-19 yang diakibatkannya.
Rumah sakit berebut tempat tidur dan darah, apotek untuk obat-obatan dan pihak berwenang berlomba membangun klinik.
Kota Shanghai biasanya menjadi tuan rumah bertema Natal di area perbelanjaan mewah di sepanjang Nanjing West Road, dan restoran serta pengecer menawarkan promosi untuk menghidupkan bisnis.
Namun penyebaran Omicron meredam perayaan. Banyak restoran Shanghai telah membatalkan pesta Natal yang biasanya diadakan untuk pengunjung tetap.
Baca juga: Jelang Natal, Pemerintah Shanghai Desak Warganya Berada di Rumah Akibat Melonjaknya Kasus Covid-19
Sementara hotel telah membatasi pemesanan karena kekurangan staf, kata Jacqueline Mocatta, yang bekerja di industri perhotelan.
"Hanya ada sejumlah pelanggan yang dapat kami terima mengingat tenaga kami, dengan mayoritas anggota tim yang tidak sehat saat ini," katanya seperti dikutip Reuters.
Orang-orang mengeluh di media sosial bahwa mereka akan tinggal di dalam rumah karena sebagian besar teman mereka dinyatakan positif Covid.
"Awalnya saya berencana pergi ke Shanghai untuk Natal, tetapi sekarang saya hanya bisa berbaring di tempat tidur," tulis seseorang di Weibo, jejaring sosial mirip Twitter China.
Baca juga: China Perketat Keamanan Shanghai Pasca Meluasnya Protes Anti-Lockdown di Seluruh Negeri
Infeksi Covid-19 di China kemungkinan lebih dari satu juta dalam sehari dengan kematian lebih dari 5.000 orang dalam sehari, sangat kontras dengan data resmi pemerintah, sebut perusahaan data kesehatan Airfinity yang berbasis di Inggris minggu ini.
Otoritas kesehatan nasional China pada Sabtu melaporkan 4.128 kasus infeksi Covid-19 bergejala setiap hari, dan tidak ada kematian selama empat hari berturut-turut.
Bloomberg News melaporkan pada hari Jumat bahwa hampir 37 juta orang mungkin telah terinfeksi Covid dalam seminggu terakhir ini, mengutip perkiraan dari otoritas kesehatan utama pemerintah.
Hotline darurat di Taiyuan di provinsi utara Shanxi menerima lebih dari 4.000 panggilan sehari, kata outlet media lokal pada hari Sabtu.
Pihak berwenang Taiyuan mendesak warga untuk menghubungi nomor tersebut hanya untuk keadaan darurat medis, dengan mengatakan panduan tentang Covid tidak termasuk dalam cakupan hotline.
Seorang pejabat kesehatan di Qingdao mengatakan kota pelabuhan itu mengalami sekitar 500.000 infeksi Covid-19 setiap hari, lapor media pada hari Jumat.
Di Wuhan, pusat kota tempat Covid muncul tiga tahun lalu, media melaporkan pada Jumat bahwa gudang darah lokal hanya memiliki 4.000 unit, cukup untuk bertahan dua hari.
Repositori meminta orang-orang untuk "menyingsingkan lengan baju dan menyumbangkan darah."
Laporan Khomarul Hidayat | Sumber: Kontan