Juru bicara Save the Children untuk Yaman, Shannon Orcutt mengatakan bahwa hampir 8 tahun konflik dan kemerosotan ekonomi yang parah mendorong kondisi kelaparan kritis dan risiko perlindungan di Yaman.
"Anak-anak menghadapi tiga ancaman yakni kelaparan, bom dan penyakit. Selama 18 bulan terakhir kami telah melihat peningkatan jumlah anak yang menderita kekurangan gizi akut. kebutuhan anak-anak di Yaman masih jauh melebihi tingkat pendanaan dan dukungan saat ini," kata Orcutt.
Baca juga: Menjalani Lockdown Covid-19 Selama 40 Hari, Penduduk Xinjiang China Mengeluh Kelaparan
Posisi Yaman pun diikuti oleh DRC dengan 4,1 juta orang menghadapi tingkat kelaparan yang parah.
Kemudian di Sudan dan Sudan Selatan, ada sekitar 2,3 juta orang di ambang kelaparan, sementara Somalia memiliki 1,3 juta dan CAR memiliki 652.000 orang yang menghadapi tingkat kelaparan akut.
Save the Children pun mengutip Program Pangan Dunia (WFP) yang mengatakan bahwa dunia saat ini menghadapi krisis kelaparan terburuk dalam sejarah modern, dengan sekitar 60 juta anak balita 'mengalami kekurangan gizi akut pada akhir 2022'.
Menurut WFP, jumlah orang yang berisiko mengalami kerawanan pangan akut atau menghadapi kelaparan telah meningkat menjadi 345 juta dari angka sebelumnya yakni 135 juta di 53 negara sejak awal pandemi virus corona (Covid-19).