Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Amerika Serikat dan Jerman siap memberikan dorongan yang signifikan bagi upaya perang Ukraina dengan pengiriman tank tempur ke Kyiv, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Melansir dari Reuters, Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan segera mengumumkan pada hari ini, Rabu (25/1/2023), bahwa Washington akan mengirim tank M1 Abrams, sementara Jerman telah memutuskan untuk mengirimkan tank Leopard 2, ungkap sumber tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kembali menekan sekutu Barat untuk menyediakan tank tempur paling modern yang mereka miliki, dengan mengatakan dalam pidato video malamnya bahwa "diskusi harus diakhiri dengan keputusan".
Baca juga: Konflik Ukraina Dikhawatirkan Merembet ke Kosovo, Presiden Serbia Was-was
Jerman dan Amerika Serikat hingga saat ini menahan diri untuk tidak menyediakan persenjataan berat, karena waspada terhadap langkah-langkah yang dapat memberi alasan bagi Kremlin untuk memperluas konflik.
Rusia sendiri telah memperingatkan, pengiriman pasokan persenjataan ofensif modern ke Ukraina akan meningkatkan perang, dengan beberapa pejabat Moskow mengatakan "sekutu Kyiv memimpin dunia ke dalam bencana global."
Kemungkinan pengiriman tank tempur dari AS ke Ukraina akan menjadi "provokasi terang-terangan lainnya" terhadap Rusia, menurut duta besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov, mengatakan pada hari ini.
“Jelas bahwa Washington sengaja mencoba untuk menimbulkan kekalahan strategis pada kami,” kata Antonov dalam sambutan yang dipublikasikan di aplikasi pesan Telegram kedutaan Rusia.
Dua pejabat AS mengatakan pada Selasa (24/1/2023) bahwa Washington siap untuk memulai proses yang pada akhirnya akan mengirim tank M1 Abrams ke Ukraina, hanya beberapa hari setelah membantah permintaan Kyiv.
Sementara itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz telah memutuskan untuk mengirim tank Leopard 2 ke Ukraina dan mengizinkan negara lain seperti Polandia untuk melakukannya juga, kata dua sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters.
Baca juga: Di Tengah Perang Lawan Rusia, Ukraina Pecat Beberapa Pejabat Terkait Skandal Korupsi
Majalah Spiegel, yang pertama kali melaporkan berita tersebut, mengatakan bahwa Jerman berencana untuk memasok setidaknya satu kompi tank Leopard 2 A6, yang biasanya terdiri dari 14 tank. Sekutu Kyiv lainnya, di Skandinavia misalnya, berniat untuk mengikuti langkah Jerman dalam memasok tank Leopard mereka ke Kyiv, lapor majalah itu.
Meskipun tidak ada konfirmasi resmi dari Berlin atau Washington, para pejabat di Kyiv memuji apa yang mereka katakan sebagai potensi pengubah permainan di medan perang dalam perang yang sekarang berjalan 11 bulan.
"Beberapa ratus tank untuk awak tank kami .... Inilah yang akan menjadi tinju demokrasi yang nyata," ungkap kepala administrasi Zelenskyy, Andriy Yermak, di Telegram.
Zelenskyy mengatakan pada Selasa malam bahwa Rusia mengintensifkan serangannya menuju Bakhmut, sebuah kota industri di timur Ukraina yang telah menjadi fokus pertempuran sengit.
"Mereka ingin meningkatkan tekanan dalam skala yang lebih besar," katanya.
Pengiriman sejumlah besar tank tempur berat modern ke Ukraina telah mendominasi diskusi di antara sekutu Barat dalam beberapa hari terakhir.
Keputusan Berlin sangat penting karena tank Leopard buatan Jerman, yang diterjunkan oleh sekitar 20 tentara di seluruh dunia, dipandang sebagai pilihan terbaik. Tank tersedia dalam jumlah besar dan mudah digunakan serta dirawat.
Sementara tank Abrams AS dianggap kurang cocok karena konsumsi bahan bakarnya yang berat dan kesulitan perawatan. Langkah AS untuk mengirimkan tank tersebut ke Ukraina dapat mempermudah Jerman, yang telah menyerukan front persatuan di antara sekutu Ukraina, untuk mengizinkan pengiriman tank Leopard.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut "operasi militer khusus" yang dimulai ketika pasukannya menginvasi Ukraina pada 24 Februari tahun lalu sebagai pertempuran defensif dan eksistensial melawan Barat yang agresif dan arogan.
Sementara Ukraina dan Barat menyebut tindakan Rusia sebagai perampasan tanah yang tidak beralasan untuk menaklukkan sesama bekas republik Soviet yang dianggap Moskow sebagai negara buatan.