TRIBUNNEWS.COM, MADRID - Seorang pria berusia 74 tahun ditahan di Spanyol pada Rabu kemarin karena dicurigai mengirim amplop berisi bahan peledak yang ditujukan ke beberapa tempat termasuk Kedutaan Amerika Serikat (AS) dan Ukraina di Madrid, Spanyol.
Tahanan tersebut merupakan seorang pensiunan dari kota utara Spanyol Miranda de Ebro di provinsi Burgos.
Hingga pensiun, ia bekerja sebagai pegawai negeri di dewan kota Vitoria-Gasteiz, dan dalam beberapa tahun terakhir belum dikaitkan secara resmi dengan kelompok politik manapun di Rusia.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (26/1/2023), terkait kasus ini, pria tersebut rencananya akan diadili pada 27 Januari mendatang.
"Pengadilan akan mempertimbangkan kasus tersebut sebagai kemungkinan pelanggaran terorisme," kata laporan tersebut.
Ia akan diadili sebagai pelaku dari semua pengiriman surat yang juga memuat bom.
Pada hari Minggu lalu, pers AS disebut melaporkan bahwa petugas dinas keamanan Rusia diduga telah mengkoordinasikan pendukung kelompok supremasi kulit putih untuk mengirimkan paket bom di Spanyol.
Sementara Kedutaan Rusia sebaliknya mengatakan bahwa media Spanyol sangat aktif mempromosikan artikel ini, meski tidak memuat bukti apapun.
Kedutaan Besar Rusia di Spanyol mengatakan pada Rabu kemarin menegaskan penahanan pria itu menunjukkan sifat Russophobia dari beberapa media Barat.
Pada November dan Desember 2022, total enam surat dengan alat peledak di dalamnya ditemukan di Spanyol.
Surat-surat itu khususnya ditujukan kepada Perdana Menteri (PM) Spanyol Pedro Sanchez, Menteri Pertahanan Margarita Robles, dan Kedutaan AS serta Ukraina di Madrid.
Baca juga: Spanyol Curigai Bom Surat Terkait dengan Perang Rusia di Ukraina
Seorang karyawan fasilitas diplomatik pun terluka akibat insiden yang melibatkan surat tersebut.
Perwakilan dari lembaga penegak hukum Spanyol mengatakan bahwa mereka tidak memiliki bukti keterlibatan Rusia dalam kejahatan tersebut, begitu pula dengan Rusia yang juga membantah semua tuduhan di balik insiden itu.