News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Turki

Dengar Suara Ibunya di Reruntuhan Akibat Gempa Turki, Wanita Ini Pasrah: Dia Tak Akan Bertahan

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Orang-orang mencari korban selamat melalui puing-puing di Diyarbakir, pada 6 Februari 2023, setelah gempa berkekuatan 7,8 melanda tenggara negara itu. - Wanita bernama Nurgul Atay pasrah ketika tim penyelamat kewalahan untuk mengevakuasi ibunya yang berada di bawah reruntuhan akibat gempa di Turki. Tim penyelamat mengaku tidak memiliki alat berat untuk mengevakuasi ibu Atay.

TRIBUNNEWS.COM - Berbagai macam kisah terus terdengar setelah gempa berkekuatan 7,8 dan 7,5 SR mengguncang Turki pada Senin (6/2/2023).

Baik itu kisah mengharukan atau menyedihkan, selalu tercipta ketika proses evakuasi korban gempa Turki.

Satu di antara kisah datang dari seorang wanita bernama Nurgul Atay.

Berbicara kepada Associated Press, Nurgul Atay mendengar suara ibunya di bawah reruntuhan bangunan rumahnya akibat gempa Senin lalu.

Wanita yang berasal dari Kota Antakya, Provinsi Hatay, Turki itu mengatakan, suara ibunya yang berada di bawah reruntuhan itu sangat terdengar jelas.

Akan tetapi, tim penyelamat tidak memiliki alat berat yang dibutuhkan untuk mengevakuasi ibu Atay.

Baca juga: Pesawat Israel dan Iran Parkir Berdampingan, Rusia Ukraina Kompak Bantu, Gempa Turki Satukan Dunia

Dengan minimnya alat berat, Atay pasrah dan mengatakan ibunya tak akan selamat.

"Kalau saja kami bisa mengangkat lempengan beton itu, kami bisa menjangkaunya," ujar Atay.

"Ibuku berumur 70 tahun, dia tidak akan bisa bertahan lama," lanjutnya.

Perlu diketahui, Provinsi Hatay di Turki menjadi wilayah dengan korban tewas terbanyak.

Menurut Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, sebanyak 1.647 orang tewas di Hatay.

Baca juga: Daftar Negara yang Kirimkan Bantuan untuk Turki dan Suriah Setelah Kejadian Gempa

Sementara 1.846 orang telah berhasil diselamatkan di Hatay pada Selasa malam.

Bandara Hatay ditutup setelah gempa menghancurkan landasan pacu, mempersulit upaya penyelamatan.

Menjadi Gempa Terkuat Sejak 1999

Pemandangan dari udara ini menunjukkan penduduk mencari korban dan penyintas di tengah puing-puing bangunan yang runtuh setelah gempa bumi di desa Besnia dekat Harim, di provinsi Idlib barat laut yang dikuasai pemberontak Suriah di perbatasan dengan Turki, pada 6 Februari 2022. - Ratusan orang dilaporkan tewas di Suriah utara setelah gempa berkekuatan 7,8 yang berasal dari Turki dan dirasakan di seluruh negara tetangga. (Photo by Omar HAJ KADOUR / AFP) (AFP/OMAR HAJ KADOUR)

Dikutip dari Al Jazeera, Turki berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia.

Gempa berkekuatan 7,8 SR pada Senin lalu adalah yang paling kuat yang melanda negara itu sejak 1999.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas Gempa Turki Capai 7.825 Orang, Timbulkan Pertanyaan tentang Standar Bangunan

Pada Agustus 1999, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang Marmara, wilayah padat penduduk di selatan Istanbul, kota terbesar di Turki, selama 45 detik.

Dalam beberapa hari, jumlah kematian resmi mencapai 17.500.

Pajak Gempa Dipertanyakan

Setelah gempa menghancurkan bangunan di Gaziantep, masyarakat di sana mengutarakan ketidakpuasannya.

Masyarakat di wilayah Gaziantep mempertanyakan hasil pajak yang selama ini ditarik.

Baca juga: Bantu Korban Gempa Turki, Pro Player Valorant Donasi 25 Euro per Kill Shorty di VCT Lock In Brasil

Pungutan yang dijuluki "pajak gempa" yang diterapkan setelah gempa pada tahun 1999, terus ditarik.

"Orang-orang memberontak (pada Selasa) pagi. Polisi harus turun tangan," kata Celal Deniz kepada AFP.

Saudara dan keponakannya saat ini masih terjebak di bawah reruntuhan.

Deniz pun mempertanyakan kemana perginya pajak yang selama ini dipungut.

"Kemana perginya semua pajak kita, yang dikumpulkan sejak 1999?" ungkap Deniz.

Baca juga: Gempa Turki, Bocah 6 Tahun Diselamatkan dari Puing-puing Gedung 7 Lantai

Pendapatan – sekarang diperkirakan bernilai 88 miliar lira, atau 4,6 miliar dolar AS – dimaksudkan untuk dibelanjakan untuk pencegahan bencana dan pengembangan layanan darurat.

Namun bagaimana uang ini sebenarnya dibelanjakan tidak diketahui publik.

Jika tidak ada cukup penyelamat, para relawan mengatakan mereka harus turun tangan dan melakukan kerja keras sendiri.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini