TRIBUNNEWS.COM - Senat Amerika Serikat (AS) mengadakan audiensi publik pertamanya tentang balon mata-mata China pada Kamis (9/2/2023).
Anggota parlemen yang tampak marah memberi tahu empat pejabat Departemen Pertahanan tentang kapan militer mengetahui tentang balon itu dan mengapa mereka menunggu seminggu untuk menembak jatuh.
“Saya tidak ingin sebuah balon sialan melewati Amerika Serikat ketika kita bisa menjatuhkannya di atas Kepulauan Aleutian,” kata Senator Jon Tester, Demokrat Montana yang mengepalai Subkomite Alokasi yang melakukan sidang.
Para pejabat mengatakan balon itu pertama kali memasuki wilayah udara AS di lepas Alaska pada 28 Januari 2023.
Balon itu terdeteksi oleh NORAD, sistem pertahanan udara gabungan AS-Kanada.
“Sebagai orang Alaska, saya sangat marah,” kata Senator Republik Lisa Murkowski, dikutip dari CNBC.
Baca juga: Presiden AS Joe Biden: Balon Mata-mata China Bukan Pelanggaran Keamanan Besar
“Alaska adalah garis pertahanan pertama untuk Amerika. Sepertinya pemerintahan ini tidak berpikir bahwa Alaska adalah bagian dari bagian negara lainnya!” katanya sambil berteriak.
Para saksi membela keputusan Pentagon untuk membiarkan balon ketinggian terbang melintasi Amerika Serikat.
Alasannya, nilai utama balon bagi militer AS terletak pada apa yang dapat dipelajari dari jalur penerbangannya dan puing-puingnya .
“Bagian penting dari kalkulus untuk operasi ini adalah kemampuan untuk menyelamatkan, memahami, dan mengeksploitasi kemampuan balon ketinggian tinggi,” kata Asisten Menteri Pertahanan, Melissa Dalton.
“Jika kami menurunkannya di atas negara bagian Alaska itu akan menjadi operasi pemulihan yang sangat berbeda,” katanya.
Ia mencatat air Laut Bering yang dalam dan membekukan akan membuat operasi pemulihan dan penyelamatan menjadi sangat berbahaya.
Sidang tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara Kamis pagi di Kongres, semuanya terkait dengan balon mata-mata.
Di DPR, sebuah resolusi yang mengutuk “penggunaan balon pengintai oleh Partai Komunis China” disahkan dengan suara bulat, 419-0.