Ahli Geologi Telah Peringatkan Pemerintah Turki Soal Potensi Gempa Dahsyat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Selama bertahun-tahun, orang-orang Turki telah diperingatkan tentang potensi gempa besar yang mengancam negara itu.
Namun hanya sedikit yang memperkirakan gempa itu terjadi di sepanjang patahan Anatolia Timur, yang membentang melintasi tenggara Turki.
Karena sebagian besar gempa yang lebih besar menghantam patahan di utara.
Dikutip dari laman BBC, Sabtu (11/2/2023), saat gempa pada Januari 2020 melanda Elazig di timur laut zona bencana pada Senin lalu, Insinyur Geologi Prof Naci Gorur dari Universitas Teknik Istanbul menyadari risikonya.
Baca juga: Bantuan Tahap I Pemerintah untuk Korban Gempa Turki: Tim SAR Hingga 5 Ton Logistik
Ia bahkan meramalkan gempa berikutnya terjadi di utara Adiyaman dan kota Kahramanmaras.
"Saya memperingatkan pemerintah daerah, gubernur, dan pemerintah pusat. Saya berkata Tolong ambil tindakan untuk membuat kota anda siap menghadapi gempa bumi. Karena kita tidak bisa menghentikan mereka (potensi gempa), kita harus mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh mereka," tegas Prof Gorur.
Salah satu Spesialis Teknik Gempa Bumi terkemuka di Turki, Prof Mustafa Erdik meyakini bahwa hilangnya nyawa yang dramatis ini disebabkan oleh instruksi membangun gedung yang tidak diikuti.
Ia pun menyalahkan ketidaktahuan dan ketidakmampuan pemerintah dalam industri bangunan.
"Kami mengizinkan kerusakan tetapi bukan jenis kerusakan ini, dengan lantai yang ditumpuk satu sama lain seperti kue dadar. Itu seharusnya dapat dicegah dan itu menimbulkan korban seperti yang telah kita lihat," kata Prof Erdik.
Di bawah peraturan Turki yang diperbaharui pada 2018, beton berkualitas tinggi harus diperkuat dengan batang baja berusuk.
Kolom vertikal dan balok horizontal harus mampu meredam dampak getaran.
"Harus ada adhesi antara beton dan baja tulangan, juga harus ada tulangan transfer yang memadai di kolom. Seandainya semua peraturan dipatuhi, kolom akan tetap utuh dan kerusakan akan terbatas pada balok. Sebaliknya saat ini kolom runtuh dan lantai runtuh menumpuk satu sama lain, menyebabkan banyak korban jiwa," jelas Prof Erdik.