Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Gempa bumi paling dahsyat berkekuatan 7,8 magnitudo yang melanda Turki sejak 1939, telah menimbulkan pertanyaan besar tentang 'apakah tragedi berskala besar seperti itu dapat dihindari' dan apakah pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan dapat berbuat lebih banyak untuk menyelamatkan nyawa'.
Pemilihan Umum (Pemilu) negara itu mulai terlihat di depan mata karena rencananya digelar Mei mendatang, namun masa depan Erdogan dipertaruhkan setelah 20 tahun berkuasa.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Akan Kirim Dokter Ortopedi untuk Bantu Korban Gempa Turki
Bahkan permohonannya untuk persatuan nasional di tengah bencana gempa ini pun 'tidak dipedulikan'.
Dikutip dari laman BBC, Minggu (12/2/2023), Erdogan telah mengakui kekurangan pemerintahannya dalam respons tersebut, namun ia tampaknya menyalahkan takdir saat melakukan kunjungan ke salah satu zona bencana.
"Hal-hal (bencana) seperti itu selalu terjadi, itu bagian dari rencana takdir," kata Erdogan.
Perlu diketahui, Turki terletak di dua garis patahan dan memiliki kode bangunan gempa sejak lebih dari 80 tahun.
Namun 'gempa ganda' yang terjadi pada Senin lalu jauh lebih kuat dibandingkan apapun yang terlihat sejak 1939.
Senin lalu, gempa pertama tercatat berkekuatan 7,8 magnitudo pada pukul 04.17 waktu setempat, diikuti gempa lainnya berkekuatan 7,5 magnitudo.