TRIBUNNEWS.COM - Mahkamah Agung Krimea telah menjatuhkan hukuman enam tahun penjara kepada seorang pria Rusia pada Jumat (3/3/2023).
Pria itu berasal dari St. Petersburg, Rusia.
Ia dinyatakan bersalah atas tuduhan pengkhianatan setelah melintasi Semenanjung Krimea secara ilegal demi bergabung dengan militer Ukraina.
Dinas Keamanan Rusia (FSB) menangkap pria itu saat mencoba berenang dari Krimea melintasi Laut Hitam menuju pelabuhan Odesa, Ukraina, seperti diberitakan RIA Novosti.
Pria berusia 40 tahunan itu melancarkan aksinya pada 6 Agustus 2022.
Sebelumnya, ia menghubungi perwakilan dari legiun unit militer sukarelawan, yang merekrut orang Rusia dan mengatur keberangkatan mereka ke Ukraina.
Baca juga: Presiden Rusia Sebut Ada Aksi Terorisme di Desa Dekat Perbatasan, Ukraina Bantah Terlibat
Upaya pertama untuk melintasi perbatasan negara bagian melalui wilayah Bryansk untuk penduduk St. Petersburg tidak berhasil.
Ia lalu disarankan oleh legiun sukarelawan itu untuk mengubah rute menyeberangi Laut Hitam melalui Krimea.
Untuk melakukan rencana ini, pria itu mengenakan pakaian selam, sirip, serta membawa barang-barang penting seperti kompas pergelangan tangan, senter bawah air, dan tas yang terbuat dari kain tahan air.
Dia juga membawa seragam kamuflase, baret, dan peralatan militer lainnya.
Baca juga: Wagner Rusia Minta Pasukan Ukraina Mundur dari Kota Bakhmut sebelum Jalur Keluar Ditutup
Penangkapan Pria Rusia di Krimea
Pria itu ditangkap dan ditahan pada 8 Agustus 2022 oleh penjaga perbatasan, setelah berenang selama dua hari.
Ia dibawa ke atas kapal penjaga perbatasan di dekat desa Olenevka, wilayah Chernomorsky.
Dalam persidangannya, belum terungkap alasannya mengapa ia bisa tetap berada di dalam air begitu lama.
Layanan pers yudisial mengatakan pria itu telah melakukan berbagai teknik berenang dan istirahat di dalam air sambil mengamati langkah-langkah kerahasiaan, seperti dikutip dari Interfax.
Pengadilan mengualifikasikan tindakan terdakwa sebagai persiapan untuk pengkhianatan tingkat tinggi dan penyeberangan ilegal perbatasan Federasi Rusia.
Atas dasar totalitas kejahatan, pria tersebut dijatuhi hukuman enam tahun di koloni rezim yang ketat.
Dia juga diberi hukuman tambahan berupa pembatasan kebebasan selama satu tahun, setelah menjalani perampasan kebebasan.
Baca juga: Ultimatum Negara Barat: UEA Harus Menghentikan Perdagangan dengan Rusia
Kasus Pengkhianatan di Rusia
Sebelumnya, Mahkamah Agung Krimea menjatuhkan hukuman penjara 5,5 tahun kepada penduduk St. Petersburg, dikutip dari RIA Novosti.
Ia juga bermaksud melakukan perjalanan ke Ukraina melalui semenanjung dan mengambil bagian dalam permusuhan di pihak Ukraina melawan Angkatan Bersenjata Rusia.
Dia ditahan di Simferopol oleh petugas FSB.
Awal pekan ini, dinas keamanan FSB Rusia menangkap seorang warga negara Rusia yang diduga berusaha memberikan informasi intelijen ke Ukraina tentang fasilitas militer Rusia, dikutip dari TASS.
Pada bulan Juli 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani amandemen baru terhadap undang-undang Rusia tentang pengkhianatan.
UU itu menambahkan pembelotan ke sisi musuh termasuk dalam daftar pelanggaran pengkhianatan.
Bagi yang melanggar, akan dinyatakan bersalah dan menghadapi hukuman antara 12 dan 20 tahun penjara.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina