Tetapi akun media sosial yang diduga milik anggota keluarganya, mengumumkan jadwal pemakaman untuk "seorang pemuda" dengan nama depan dan belakang resmi yang sama dengan Eden Knight.
Baca juga: Pertamakalinya di India, Pria Transgender Melahirkan hingga Jadi Perhatian Menteri Kesehatan
Teman-teman juga belum mendengar kabar darinya sejak pesan kematiannya diunggah.
Postingan itu, yang tampaknya dijadwalkan sebelumnya, memicu kekecewaan dan kemarahan di antara banyak temannya di AS.
Negara itu sudah menjadi tempat dia bersekolah SMA dan kemudian belajar ilmu komputer di Universitas George Mason.
Postingan tanggal 12 Maret itu menyebut bahwa orang tuanya menindasnya, memarahinya, dan menolak aksesnya ke pengobatan hormon sampai semangatnya hancur.
Berbicara kepada Vice, teman-teman Eden menguatkan pengakuannya bahwa dia didekati oleh "pemecah masalah" Amerika pada musim panas 2022 dan kemudian dipandu di DC oleh seorang pengacara Saudi.
Seorang teman bernama Hayden, yang menjamu Eden Knight di rumahnya di Georgia selama lima bulan musim panas lalu, mengatakan kepada Vice bahwa dia mendengar Knight berbicara di telepon dengan seorang pria yang menawarkan untuk memperbaiki kesenjangan antara dia dan orang tuanya.
Dua temannya memberikan laporan serupa kepada The Independent, mengatakan bahwa Eden Knight awalnya optimis karena dia berharap untuk mengklaim suaka politik di AS.
Helen Vogel, seorang seniman berusia 28 tahun di Los Angeles, menganggap Eden Knight sebagai "seperti saudara perempuan" baginya.
Vogel memberikan cuplikan layar dari pesan pribadi dari bulan Agustus di mana Knight mengatakan bahwa dugaan pemecah masalah telah "memanggilnya untuk membantu proses suaka".
"Dia mengira pria di tangkapan layar... adalah orang yang baik yang akan membantunya tinggal di AS dalam jangka panjang," kata Vogel.
Sementara itu, Arab Saudi telah menginvestasikan sumber daya yang besar dalam menetralkan para pembangkang dan kritikus di luar negeri selama beberapa tahun terakhir.
Seringkali pemerintah mencoba membujuk mereka untuk kembali ke negaranya atau bahkan menangkap mereka selama perjalanan pulang yang singkat.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)