Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada Rabu kemarin menuding bahwa rencana perjalanan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Guatemala dan Belize adalah sebuah kebohongan.
Karena kunjungan Tsai disebut hanya ke Amerika Serikat (AS) saja.
Mao pun mendesak AS untuk memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Taiwan.
Pada Rabu kemarin, Tsai meninggalkan Taiwan untuk melakukan perjalanan diplomatik 10 hari ke Guatemala dan Belize.
Perjalanan itu akan mencakup singgahnya ia di New York City (NYC) dan Los Angeles (LA) AS selama penerbangan keluar dan pulangnya.
Baca juga: Mantan Presiden Taiwan: Kita Semua Adalah Orang China
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (30/3/2023), awal bulan ini, Ketua DPR AS Kevin McCarthy mengatakan bahwa ia akan bertemu Tsai saat pemimpin Taiwan itu mengunjungi AS.
Namun Taiwan belum mengkonfirmasi pertemuan semacam itu.
"Kami mendesak AS untuk mematuhi prinsip one-China dan tiga komunike bersama China-AS, dengan sungguh-sungguh memenuhi komitmen para pemimpinnya untuk tidak mendukung 'kemerdekaan Taiwan' atau 'two-China' atau 'one China, one Taiwan', hentikan segala bentuk interaksi resmi dengan Taiwan," jelas Mao.
China pun secara tegas menentang setiap interaksi resmi antara AS dan Taiwan serta setiap kunjungan Tsai ke AS dengan dalih apapun.
"Perjalanan itu bukan 'transit', tetapi upaya untuk mencari terobosan dan menyebarkan 'kemerdekaan Taiwan'. Masalahnya bukan tentang China yang bereaksi berlebihan, namun AS secara mengerikan berkomplot dan mendukung separatis 'kemerdekaan Taiwan'," tegas Mao.
Ketegangan meningkat di sekitar wilayah Taiwan setelah Ketua DPR AS saat itu Nancy Pelosi mengunjungi pulau tersebut pada awal Agustus 2022.
China pun mengutuk kunjungan itu dan menganggapnya sebagai tindakan dukungan untuk pasukan separatis lokal.
China juga menentang latihan militer besar yang dilakukan di dekat pulau itu, yang dianggap China bagian dari wilayahnya.
Pemerintah China telah berulang kali menyatakan bahwa China bersedia bersatu kembali dengan Taiwan secara damai.
Namun, tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan militer jika memang diperlukan untuk mempertahankan wilayah yang diklaim miliknya.