Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Helikopter UH60JA yang memuat 10 awak pesawat dilaporkan hilang, Kamis (7/4/2023) sekitar pukul 16.00 waktu Jepang.
Belakangan diketahui helikopter ini jatuh di sekitar Miyakojima.
Hingga kini 10 Pasukan Bela Diri Darat, 8 di antaranya para pimpinan belum diketahui nasibnya.
"Beberapa menit sebelum kecelakaan kami masih melihat helikopter terbang di udara," ungkap sumber di kalangan tentara Amerika Serikat baru-baru ini.
Baca juga: Helikopter UH60JA Milik Pasukan Beladiri Darat Jepang Hilang Kontak, 10 Awak Belum Ditemukan
Namun tiba-tiba helikopter hilang dari radar.
Puing-puing helikopter telah ditemukan, namun mayat 10 tentara Jepang masih belum ditemukan hingga Selasa (11/4/2023).
Pasukan Bela Diri Darat fokus melakukan pencarian korban di sekitar tebing yang disebut "titik segitiga" di Pulau Irabu di Kota Miyakojima, di mana dilaporkan bahwa "sesuatu seperti seseorang mengambang" di pagi hari tanggal 9 April 2023 terlihat.
Namun Kementerian Pertahanan Jepang belum mengumumkan ada tidaknya mayat yang ditemukan hingga hari ini.
Pasukan Bela Diri menggunakan sonar bawah air berkinerja tinggi dan drone yang dilengkapi dengan kamera bawah air untuk mempercepat penemuan korban.
Di atas helikopter ada lima perwira senior dari markas divisi, termasuk Yuichi Sakamoto (55), komandan Divisi 8, dua pilot helikopter dan dua anggota kru pemeliharaan dari Skuadron 8 dan satu perwira senior pimpinan daerah Miyako.
Sementara itu, Markas Besar Pasukan Penjaga Pantai Regional ke-11, berkoordinasi dengan organisasi terkait, mengurangi jumlah kapal patroli dari empat menjadi dua mulai pukul 5 sore dan mengurangi skala pencarian dengan tidak menerbangkan helikopter Pasukan Penjaga Pantai pada tanggal 4 April.
Seorang wanita yang tinggal di Irabu Nagahama khawatir tentang apa yang akan terjadi.
Baca juga: Jepang Temukan Puing Helikopter Black Hawk yang Jatuh di Laut, 10 Awak Masih Hilang
"Saya harap saya bisa segera menemukannya."
Sementara itu seorang pria berusia 56 tahun yang memiliki pengalaman sebagai nelayan di Sarahama mengatakan bahwa air pasang terus berlanjut sejak hari kecelakaan.