Sedikitnya 25 orang tewas dan 183 lainnya luka-luka dalam bentrokan yang terjadi di ibu kota Sudan dan sejumlah tempat lainnya di Sudan, Sabtu (15/4/2023).
Bentrokan terjadi antara militer Sudan dan pasukan paramiliter.
Pertempuran ini memberikan pukulan baru bagi harapan akan transisi menuju demokrasi dan meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Dikutip dari Aljazeera, sedikitnya 25 orang tewas dan 183 lainnya luka-luka, kata Persatuan Dokter Sudan kepada kantor berita Reuters.
Kelompok tersebut tidak dapat menentukan apakah semua korban adalah warga sipil.
Bentrokan itu mengakhiri berbulan-bulan ketegangan yang meningkat antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat.
Ketegangan itu telah menunda kesepakatan dengan partai politik untuk mengembalikan negara itu ke transisi jangka pendek menuju demokrasi, yang digagalkan oleh kudeta militer Oktober 2021.
Setelah seharian pertempuran sengit, militer mengesampingkan negosiasi dengan RSF, alih-alih menyerukan pembongkaran apa yang disebutnya sebagai "milisi pemberontak".
Suara tembakan keras terdengar sepanjang Sabtu di ibu kota, Khartoum, dan kota terdekat Omdurman, di mana militer dan RSF telah mengumpulkan puluhan ribu tentara sejak kudeta.
Saksi mata mengatakan pejuang dari kedua belah pihak menembak dari kendaraan lapis baja dan dari senapan mesin yang dipasang di truk pick-up dalam pertempuran di daerah padat penduduk.
Beberapa tank terlihat di Khartoum.
Militer mengatakan pihaknya melancarkan serangan dari pesawat dan drone ke posisi RSF di dalam dan sekitar ibu kota.
Warga menggambarkan adegan kacau.
"Api dan ledakan ada di mana-mana," kata Amal Mohamed, seorang dokter di rumah sakit umum di Omdurman.
"Semua berlari dan mencari perlindungan."
"Kami belum pernah melihat pertempuran seperti itu di Khartoum sebelumnya," kata penduduk Khartoum Abdel-Hamid Mustafa.