TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS), Inggris, China, Prancis, Turki, Arab Saudi, Kuwait, dan Yordania mulai mengevakuasi warganya dari Sudan setelah pecahnya perang saudara.
Tentara Sudan mengatakan, mereka akan memfasilitasi evakuasi warga dan diplomat AS, Inggris, China dan Prancis dari Sudan pada Sabtu (22/4/2023) waktu setempat.
Sementara itu, warga Arab Saudi dan Yordania sudah dievakuasi melalui Port Sudan di Laut Merah, dikutip dari Al Jazeera.
Selama pecah perang, bandara di Khartoum dan kota terbesar Nyala di Darfur bermasalah.
Menjelang Sabtu sore, Arab Saudi telah mengevakuasi 157 warganya dan orang-orang dari negara lain.
Rombongan pertama tiba di Jeddah sebanyak 50 orang, dan diterima oleh Wakil Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Waleed Al-Khereiji.
Proses evakuasi juga melibatkan seluruh awak pesawat Saudia yang menjadi sasaran Bandara Internasional Khartoum.
Mereka tiba dengan kapal kedua di Pangkalan Angkatan Laut Raja Faisal, seperti diberitakan Saudi Gazette.
Selain Arab Saudi, Kedutaan Turkiye di Sudan mengumumkan pada Sabtu (22/4/2023), mereka akan mengevakuasi warga negara Turki yang ingin meninggalkan Sudan karena bentrokan baru-baru ini antara tentara dan pasukan paramiliter.
"Sebagai hasil dari penilaian keamanan yang dilakukan sehubungan dengan bentrokan yang sedang berlangsung di seluruh Sudan, telah diputuskan, warga kami, terutama yang berada di zona konflik, akan dievakuasi ke negara kami melalui negara ketiga (ke mana mereka akan pergi) dengan jalan besok," kata Kedutaan Turki di Sudan.
Sementara itu, Kuwait mengatakan beberapa warganya telah tiba di Jeddah.
Yordania mengatakan telah mulai mengevakuasi 300 warga.
AS saat ini fokus pada evakuasi diplomat terlebih dahulu.
Pentagon mengatakan, pihaknya memindahkan pasukan dan peralatan tambahan ke pangkalan angkatan laut di negara kecil Teluk Aden di Djibouti untuk mempersiapkan evakuasi.
PBB Minta Gencatan Senjata
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara asing telah mendesak para pemimpin militer di Sudan untuk menghormati gencatan senjata, yang telah diabaikan.
Hal ini untuk membuka jalan yang aman baik bagi warga sipil yang melarikan diri maupun untuk pasokan bantuan yang sangat dibutuhkan.
Militer Sudan Serang Bandara Khartoum
Bandara internasional di dekat Khartoum telah mengalami serangan hebat oleh militer Sudan.
Mereka menargetkan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang mencoba untuk mengambil kendali atas kompleks bandara.
Untuk menyingkirkan para pejuang RSF, tentara Sudan telah menggempur bandara dengan serangan udara.
Militer Sudan menghancurkan setidaknya satu landasan pacu dan meninggalkan pesawat yang rusak berserakan di landasan.
“Tidak ada yang bisa memprediksi kapan dan bagaimana perang ini akan berakhir,” kata al-Burhan kepada saluran TV Al-Hadath.
“Saya saat ini berada di pusat komando dan hanya akan meninggalkannya di peti mati," lanjutnya.
Ketegangan di bandara ini tidak memungkin untuk proses evakuasi melalui udara.
Perang Saudara di Sudan
Bentrokan antara militer Sudan dan RSF dipicu oleh perebutan kekuasaan.
Militer Sudan dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan RSF dipimpin oleh Mohamed Hamdan Dagalo, dikutip dari CNN Internasional.
Sebelumnya, keduanya bekerja sama untuk menggulingkan Presiden Sudan, Omar al-Bashir pada 2019.
Setelah itu, militer Sudan dan koalisi kelompok sipil yang bersatu di bawah Pasukan Kebebasan dan Perubahan (FFC) membentuk pemerintahan transisi.
Namun, kedua jenderal itu melakukan kudeta militer pada 25 Agustus 2021.
Jenderal Abdel Fattah al-Burhan menjadi ketua dewan dan Mohamed Hamdan Dagalo menjadi wakil ketua dewan.
Ketegangan yang muncul baru-baru ini, dipicu oleh rencana Dagalo untuk mengintegrasikan RSF ke dalam militer Sudan.
Hal ini ditentang oleh militer Sudan yang dipimpin al-Burhan.
Perselisihan memuncak pada 15 April 2023, ketika bentrokan terjadi antara militer Sudan dan RSF.
RSF adalah kelompok paramiliter terkemuka di Sudan, yang dipimpin Dagalo.
Selama konflik Darfur di Sudan pada awal tahun 2000-an, Dagal adalah pemimpin pasukan Janjaweed yang terkenal di Sudan.
Janjaweed kemudian bertransformasi menjadi RSF.(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)