TRIBUNNEWS.COM - Jet Israel melancarkan serangan udara ke Gaza pada Selasa (2/5/2023) malam.
Ledakan keras terdengar di dekat pantai.
Ketegangan meningkat usai kematian seorang tahanan Palestina di penjara Israel yang melakukan aksi mogok makan selama 86 hari.
Dikutip dari Al Jazeera, pengeboman Israel terjadi menyusul tembakan roket dari Jalur Gaza pascakematian Khader Adnan pada Selasa pagi.
Media Hamas mengatakan pesawat Israel menghantam dua lokasi di kota Gaza.
Militer Israel mengatakan sedikitnya 26 roket ditembakkan dari daerah kantong itu.
Baca juga: Roket Ditembakkan dari Gaza setelah Pria Palestina Meninggal di Penjara Israel saat Mogok Makan
Dua mendarat di kota selatan Sderot, melukai tiga orang, termasuk seorang warga negara asing berusia 25 tahun.
Layanan ambulans Israel mengatakan WNA itu menderita luka serius akibat pecahan peluru.
Hamas dan Jihad Islam mengaku bertanggung jawab atas serangan roket ke Israel.
Sementara itu, Tel Aviv menembakkan peluru artileri ke Kota Gaza dan Khan Younis
Sehari sebelumnya, Tel Aviv menembakkan peluru artileri ke beberapa daerah di bagian timur Kota Gaza dan Khan Younis menargetkan daerah Malaka secara khusus, kata koresponden Al Jazeera, Heba Akkila.
Belum ada korban jiwa atau kerusakan yang dilaporkan.
Khader Adnan, Pria Palestina yang Tewas karena Mogok Makan
Khader Adnan adalah seorang aktivis yang berafiliasi dengan kelompok Jihad Islam Palestina (PIJ).
Baca juga: Israel lancarkan serangan udara ke Lebanon dan Gaza sebagai balasan atas serangan roket
Dia meninggal di penjara Israel pada Selasa, setelah hampir tiga bulan melakukan mogok makan.
Menurut otoritas Israel, Adnan sedang menunggu persidangan, sebelum akhirnya ditemukan meninggal.
Dia telah masuk dan keluar penjara selama lebih dari dua dekade.
Al Jazeera melaporkan, Adnan menggelar aksi mogok makan untuk memprotes penangkapannya.
Adnan lahir pada 24 Maret 1978, di kota Arrabeh dekat kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki.
Adnan menjadi advokat politik untuk PIJ selama masa mahasiswanya.
Ia pertama kali ditangkap oleh Israel dan ditahan selama empat bulan pada tahun 1999.
Delapan bulan kemudian, dia ditangkap oleh Otoritas Palestina (PA) karena memimpin demonstrasi mahasiswa pada 1999 di Universitas Bir Zeit menentang kedatangan Perdana Menteri Prancis, Lionel Jospin.
Mahasiswa saat itu melempari Jospin dan mobilnya menggunakan batu.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)