TRIBUNNEWS.COM - Ukraina menunduh Rusia menggunakan bom fosor di Bakhmut, Ukraina.
Militer Ukraina merilis rekaman drone yang merekam kebakaran di Bakhmut setelah benda putih yang diduga fosfor, menghujani kota.
Senjata fosfor tidak dilarang, tapi penggunaannya di wilayah sipil dianggap sebagai kejahatan perang.
Fosfor ini dapat mempercepat menyebaran api yang sangat sulit untuk dipadamkan.
Kementerian Pertahanan Ukraina di Twitter, mengatakan serangan itu telah menargetkan Bakhmut yang tidak diduduki dengan amunisi pembakar.
"Cangkangnya tidak cukup, tetapi lebih dari cukup fosfor. Ruscist menembaki area Bakhmut yang tidak dihuni dengan amunisi pembakar. Mereka akan terbakar di Neraka," tulis Kementerian Pertahanan Ukraina di Twitter, Sabtu (6/5/2023).
Baca juga: Penulis Pro-Perang Rusia Terluka akibat Ledakan Bom Mobil, Pelaku Diduga Pro-Ukraina
Rekaman yang tidak menyebutkan tanggal pengambilan video itu memperlihatkan gedung-gedung tinggi yang terbakar.
Analisis mengkonfirmasi serangan itu menggunakan semacam amunisi pembakar, dan tidak dapat memverifikasi penggunaan fosfor.
Rusia dituduh menggunakan fosfor putih di Ukraina, termasuk selama pengepungan Mariupol pada awal perang.
Uni Soviet menandatangani Konvensi Senjata Konvensional Tertentu pada tahun 1981, yang melarang penggunaan senjata pembakar di wilayah sipil, namun fosfor tidak termasuk dalam perjanjian itu, dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Delegasi Ukraina Pukul Wajah Pejabat Rusia di Turki, Ini Kronologinya
Penggunaan Fosfor di Medan Perang
Fosfor putih adalah zat seperti lilin yang terbakar pada suhu 800°C dan menyala jika bersentuhan dengan oksigen, menghasilkan gumpalan asap yang terang.
Human Rights Watch (HRW) telah memperingatkan bahan kimia itu terkenal karena tingkat keparahan luka yang ditimbulkannya.
Bahan kimia ini sangat lengket dan sulit dihilangkan, dan dapat menyala kembali saat perban dilepas.
Menurut HRW, fosfor juga pernah digunakan dalam perang sebelumnya, termasuk oleh pasukan AS melawan ISIS di Irak dan Suriah.
Moskow tidak pernah secara terbuka mengakui menggunakan zat tersebut.
"Rusia tidak pernah melanggar konvensi internasional," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, saat membantah tuduhan Presiden Zelensky pada tahun 2022.
Baca juga: Wagner Rusia Ancam Mundur dari Bakhmut, Militer Ukraina Justru Klaim Sebaliknya
Pertempuran di Bakhmut
Bakhmut merupakan salah satu medan perang yang memanas sejak dimulainya invasi Rusia di Ukraina.
Pasukan Rusia bersama Wagner bertempur di Bakhmut, melawan Ukraina.
Pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin sebelumnya mengatakan akan menarik pasukannya dari Bakhmut pada 10 Mei 2023, karena kekurangan amunisi dan Rusia tidak mengirim pasokan senjata.
Namun, menurut militer Ukraina, Wagner justru memperkuat posisinya di Bakhmut dengan kemungkinan untuk merebut Bakhmut sebelum perayaan Victory Day pada 9 Mei 2023.
"Kami sekarang melihat mereka menarik (pejuang) dari seluruh garis ofensif di mana pejuang Wagner berada, mereka menarik (mereka) ke arah Bakhmut," kata Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Maliar di televisi Ukraina, dikutip dari The NY Post.
Ukraina justru mengatakan pihak Rusia telah menembakkan berbagai jenis artileri di Bakhmut.
“Hari ini saja, 520 peluru ditembakkan dari berbagai jenis artileri di Bakhmut dan daerah sekitarnya,” kata juru bicara militer Ukraina Serhii Cherevatyi.
Pertempuran di Bakhmut, dianggap Rusia sebagai batu loncatan ke kota-kota lain di wilayah Donbas Ukraina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina