TRIBUNNEWS.COM - 500 pendukung Imran Khan yang tergabung dalam partai Tehreek-e-Insaf Pakistan (PTI) mendatangi kediaman Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif di Lahore, pada Rabu (9/5/2023) malam.
Mereka menyerang kediaman Shehbaz Sharif dan membakar kendaraan yang terparkir di sana.
Petugas polisi mengatakan hanya penjaga yang hadir di rumah PM Shehbaz Sharif ketika kelompok itu menyerang.
Massa juga membakar pos polisi di kediaman PM Shehbaz Sharif.
"Mereka juga melemparkan bom bensin ke dalam rumah," kata seorang perwira polisi dari kepolisian Punjab, Rabu (10/5/2023).
"Ketika kontingen polisi yang berat sampai di sana, pengunjuk rasa PTI pergi," katanya dikutip dari Indian Express.
Baca juga: Penahanan Bekas PM Imran Khan Disambut Kerusuhan di Pakistan
Sebelum mencapai kediaman PM Shehbaz Sharif, massa menyerang Sekretariat PML-N yang berkuasa di Model Town, membakar kendaraan yang diparkir di sana.
Mereka juga membakar penghalang di sana.
Polisi mengatakan, pengunjuk rasa membakar 14 instalasi atau gedung pemerintah dan 21 kendaraan polisi di Punjab selama dua hari terakhir pada Selasa (9/5/2023) dan Rabu (10/5/2023).
Pada Selasa, pengunjuk rasa membakar Rumah Komandan Korps di Lahore setelah menggeledahnya.
Situasi di Lahore dan beberapa kota lain di Punjab tetap tegang pada Rabu (10/5/2023), setelah penangkapan kepala PTI dan mantan perdana menteri Imran Khan oleh Biro Akuntabilitas Nasional (NAB) dalam kasus korupsi transfer tanah.
Baca juga: Aksi Protes Terjadi di Sejumlah Kota di Pakistan Buntut Penangkapan Mantan PM Imran Khan
Massa Kepung Kediaman Nawaz Sharif di London
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif tidak ada di Pakistan saat rumahnya di Lahore menjadi sasaran massa PTI.
Ia saat ini sedang berada di London, Inggris.
PM Shehbaz Sharif baru saja menyelesaikan kunjungan resmi menghadiri penobatan Raja Charles III pada Sabtu (6/5/2023), dikutip dari Geo Tv.
Shehbaz Sharif telah memperpanjang masa tinggalnya di London untuk mengadakan "konsultasi" tentang masalah politik dan nasional dengan saudara laki-lakinya dan pemimpin Liga Muslim Pakistan Nawaz (PML-N), Nawaz Sharif.
Kunjungan ke Inggris itu dikritik oleh ketua PTI Imran Khan, yang mengatakan itu adalah buang-buang uang negara, dikutip dari NDTV.
Seorang warga Pakistan yang berada di London, memimpin massa untuk mengepung properti PM Shehbaz Sharif.
Mereka berjalan mengelilingi Avenfield House, tempat PM Shehbaz Sharif 'bersembunyi' di kediaman Nawaz Sharif.
Sebelumnya, mereka telah mendapat izin dari polisi setempat untuk melakukan protes di luar Avenfield House.
Protes ini akan terus berlanjut hingga Kamis (11/5/2023).
Baca juga: Imran Khan Ditangkap Pasukan Anti Huru Hara Pakistan setelah Tiba di Pengadilan Islamabad
Kronologi Imran Khan Ditangkap
Mantan Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan ditangkap oleh pasukan huru hara pada Selasa (9/5/2023) setelah tiba di Pengadilan Tinggi Islamabad.
Imran Khan dijadwalkan untuk mengikuti sidang kasus korupsi di Toshakhana (lembaga untuk menyimpan hadiah negara) yang dituduhkan padanya, di hari penangkapannya.
Dalam kasus Toshakhana, ia diduga menjual hadiah negara secara ilegal selama jabatan perdana menteri antara 2018-2022, demi kepentingan pribadi.
Imran Khan diduga secara terbuka menentang pendirian militer kuat di Pakistan, dikutip dari Indian Express.
Direktur lembaga pemikir Studi Konflik dan Keamanan Institut Pakistan, Abdullah Khan mengatakan penangkapan Imran Khan adalah tindakan bermotivasi politik.
Di sisi lain, pihak PM Shehbaz Sharif mengatakan Imran Khan ditangkap karena kasus Al-Qadir Trust.
"Semua bukti terhadap kepala PTI hadir dalam kasus Al-Qadir Trust. Biro Akuntabilitas Nasional (NAB) sedang melakukan penyelidikan berdasarkan bukti-bukti tersebut. Bagaimana kabinet PTI tidak tahu akan hal itu?" kata PM Shehbaz Sharif dalam pidato pertamanya sejak penangkapan Imran Khan, Rabu (10/5/2023).
Dalam kasus Al-Qadir Trust yang dituduhkan padanya ini merupakan kasus terpisah dari kasus Toshakhana.
Di kasus Al-Qadir Trust, Imran Khan dan istrinya dituduh menerima miliaran rupee dari sebuah perusahaan real estat karena melegalkan jumlah pencucian uang sebesar Rs 50 miliar, dikutip dari Hindustan Times.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Imran Khan