Namun, seorang pejabat dari kedutaan Eropa lainnya mengatakan, tidak jelas apakah permintaan itu terkait dengan Ukraina atau Hari Internasional Melawan Homofobia, Bifobia, dan Transfobia.
Baca juga: Ukraina Klaim Berhasil Jatuhkan Semua 6 Rudal Hipersonik yang Ditembakkan Rusia
Sementara itu, beberapa kedutaan asing di Beijing telah mengibarkan bendera kebanggaan sebagai pengakuan atas kampanye tersebut.
"Dengan ketat mematuhi konvensi Wina. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kami untuk bereaksi terhadap catatan ini atau mengubah kebijakan tampilan kami," kata seorang pejabat.
Beijing pun bersikeras bahwa kedutaan asing memiliki kewajiban untuk menghormati hukum dan peraturan China.
"China meminta kedutaan semua negara di China untuk melakukan tugas mereka sesuai dengan Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik atau perjanjian internasional yang relevan," jelas juru bicara kementerian luar negeri, Wang Wenbin, Rabu.
Diketahui, beberapa minggu setelah Rusia meluncurkan apa yang disebutnya 'operasi militer khusus' di Ukraina, poster bendera Ukraina di dinding luar Kedutaan Besar Kanada dirusak dengan grafiti anti-NATO.
Kedutaan Besar Uni Eropa, Inggris, Jerman, dan Polandia di Beijing juga menampilkan gambar bendera Ukraina.
Baca juga: Persiapan KTT G7, PM Jepang Fumio Kishida Tekankan China dan Rusia Jangan Ubah Status Quo Sepihak
Adapun China dikabarkan menyerukan perdamaian di Ukraina, tetapi menahan diri untuk tidak mengutuk Rusia, yang menyebabkan kritik dari negara-negara Barat.
China telah berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai pemain netral dalam perang Rusia di Ukraina, menyerukan penyelesaian politik untuk krisis tersebut.
Namun, komentar baru-baru ini oleh duta besar China untuk Prancis yang mempertanyakan kedaulatan negara-negara bekas Soviet semakin meragukan kenetralannya.
Sebuah kertas posisi dari Beijing untuk mengakhiri konflik juga ditanggapi dengan skeptis dari Amerika Serikat dan NATO.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina