Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Rusia kembali memperketat sanksi dengan memblokir akses masuk pada 500 pejabat penting Amerika Serikat, salah satunya mantan Presiden AS Barack Obama.
Pengumuman tersebut dirilis Kementerian Luar Negeri Rusia atas perintah dari Presiden Vladimir Putin, sebagai tanggapan dari tindakan tidak ramah yang dilakukan negara G7 yang baru-baru ini melayangkan sanksi pelarangan impor, permata, tembaga, aluminium, dan nikel dari Rusia.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-451: Zelensky Hadiri KTT Liga Arab, Kyiv Tangkis Serangan Rudal
Tak hanya itu G7 juga turut membatasi perdagangan dan penggunaan berlian yang ditambang, diproses serta diproduksi di Rusia, dengan tujuan untuk menekan pendapatan kuartalan Moskow. Agar militer Putin kesulitan memasok senjata dan alat perang selama invasi berlangsung.
Meski larangan G7 tak memberikan dampak signifikan bagi prospek ekonomi Rusia. Namun demi menggertak Barat, Putin akhirnya menyetujui dekrit terkait pelarangan 500 orang Amerika menginjakkan kakinya di Rusia.
Tak hanya Barack Obama, dalam saksi tersebut Rusia juga turut memblokir akses masuk mantan Duta Besar AS, Jon Huntsman, sejumlah senator dan Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal Charles Q. Brown Jr.
Serta beberapa pembawa acara TV AS, termasuk Jimmy Kimmel, Stephen Colbert dan Set Meyers,
“Sudah saatnya bagi Washington untuk mengetahui bahwa tidak ada satu pun serangan terhadap Rusia yang akan berjalan tanpa reaksi keras,” kata kementerian Rusia dalam pernyataan resminya, Jumat (19/5/2023).
Baca juga: Rusia Perketat Pertahanan di Krimea, Zaporizhzhia, dan Perbatasan Ukraina
Sanksi seperti ini bukan kali pertama yang dilayangkan Rusia, selama setahun terakhir negara beruang merah ini diketahui telah berulang kali memperketat sanksi terhadap sejumlah negara Barat.
Diantaranya seperti pemblokiran mata uang euro sebagai alat transaksi di Rusia, serta pemangkasan produk minyak mentah sebesar 500.000 barel per.
Hingga sejumlah perusahaan minyak di Eropa dilanda kebangrutan salah satunya depot perusahaan minyak kondang di Eropa, PKN Orlen yang kini mengalami kebangkrutan usai merugi 27 dolar AS per hari.
Ancaman ini bahkan membuat anggaran belanja energi di UE membengkak mencapai hampir 800 miliar euro hanya untuk melindungi rumah tangga dan perusahaannya dari ancaman krisis energi.