TRIBUNNEWS.COM - Presiden Niger, Mohamed Bazoum, mendesak Amerika Serikat (AS) dan seluruh komunitas internasional untuk membantu negaranya yang sedang berjuang melawan kudeta.
Dalam sebuah opini di Washington Post, Presiden Mohamed Bazoum mengaku saat ini menjadi "sandera" tentara Niger.
"Amerika Serikat dan komunitas internasional lainnya harus membantu Niger memulihkan tatanan konstitusional kita," katanya seperti dikutip Al Jazeera.
Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara dengan Bazoum di telepon.
Washington mengatakan, berkomitmen untuk pemulihan pemerintah terpilih secara demokratis Niger.
Baca juga: Kemenlu Pastikan Tidak Ada WNI Terdampak Kudeta Militer di Niger
Ia juga memperingatkan, bahwa kawasan itu bisa jatuh lebih jauh di bawah pengaruh Rusia, sebaban tentara bayaran Rusia, Wagner Group beroperasi di negara.
Pada Kamis (3/8/2023), para pemimpin kudeta mengumumkan bahwa mereka menarik duta besar negara itu dari Prancis, AS, Nigeria, dan Togo.
Dalam pernyataan yang dibacakan di televisi nasional, mereka mengatakan fungsi empat duta besar telah "dihentikan".
Dikutip dari BBC, Junta juga mengumumkan pemutusan hubungan militer bilateral dengan bekas kekuatan kolonial Prancis.
Negara itu saat ini memiliki sekitar 1.500 tentara di Niger dan telah menjadi bagian dari kekuatan yang memerangi militansi Islam.
Bazoum adalah presiden pertama yang terpilih secara demokratis untuk menggantikan yang lain di Niger.
Kini ia ditahan oleh pesukan paspamres.
Baca juga: Kudeta Niger: Prancis Siapkan Evakuasi, Burkina Faso dan Mali Dukung Penguasa Militer
Pemimpin kudeta Jenderal Abdourahmane Tchiani telah dilantik sebagai kepala negara.
Niger adalah bagian penting dari wilayah Afrika yang dikenal sebagai Sahel, sebuah wilayah yang diteror oleh jihadis dan dilanda oleh rezim militer.