TRIBUNNEWS.COM, AS - Kebakaran lahan di negara bagian Hawaii, Amerika Serikat (AS) hingga kini setidaknya menewaskan 89 orang.
Korban jiwa diperkirakan masih terus bertambah.
Adapun jumlah bangunan yang hancur dan terbakar mencapai sekitar 2.200 unit dimana 86 persen diantaranya adalah rumah penduduk.
Para pejabat Hawaii masih berupaya mencari penyebab kebakaran lahan fatal yang melandai kawasan Lahaina di Pulau Maui itu.
Kebakaran lahan yang merambat dengan cepat itu menghancurkan kota resor bersejarah nyaris tanpa peringatan kepada para penduduknya.
Jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah karena tim SAR dengan bantuan anjing pelacak menyisir puing-puing bangunan yang terbakar di kota itu.
Para pejabat menyebut kebakaran lahan itu sebagai bencana alam paling parah dalam sejarah negara bagian tersebut.
Gubernur Hawaii Josh Green menyebut setidaknya 2.200 bangunan hancur atau rusak di Maui Barat. Sebanyak 86 persen dari bangunan itu adalah rumah penduduk.
"Kita hanya bisa menanti dan mendukung mereka yang masih hidup. Fokus kami sekarang adalah mempersatukan kembali orang-orang ketika kami bisa dan memberi mereka tempat tinggal dan layanan kesehatan, lalu kami bisa (fokus) ke pembangunan ulang," kata Green.'
Gubernur Josh Green sudah memperingatkan bahwa jumlah korban tewas kemungkinan besar akan terus bertambah.
Sejak bencana melanda pekan lalu, masih belum jelas apakah para penduduk menerima peringatan sebelum api melalap rumah mereka.
Pulau Maui punya sirine gawat darurat untuk memberi peringatan bencana alam dan ancaman-ancaman lainnya. Namun, sirine itu tampaknya tidak berbunyi pada saat kebakaran.
Bencana itu mulai meluas tak lama setelah tengah malam Selasa (8/8/2023) ketika api kebakaran lahan dilaporkan di Kota Kula, sekitar 56 kilometer dari Lahaina. Sejumlah warga mengatakan bahwa sekitar lima jam kemudian pada pagi itu, aliran listrik padam di Lahaina.
Api kebakaran terus menjalar dengan cepat hingga kemudian pada sekitar pukul 15.30 waktu setempat, kebakaran Lahaina tiba-tiba berkobar besar.
Sejumlah warga mulai mengungsi, sementara para tamu-tamu hotel di bagian barat kota itu diperintahkan untuk berlindung di tempat-tempat perlindungan.
Beberapa jam kemudian, pemerintah daerah mulai mengunggah serangkaian perintah evakuasi melalui Facebook, sementara kebakaran terus meluas ke seluruh kota.
Sejumlah saksi mata mengatakan mereka sedikit sekali menerima peringatan. Mereka menggambarkan situasi mengerikan yang mereka hadapi ketika api melalap Lahaina dalam waktu beberapa menit. Beberapa orang terpaksa terjun ke Samudera Pasifik untuk menyelamatkan diri.
Hingga berita ini diturunkan, selain di Lahaina, kebakaran hutan juga dilaporkan terjadi di selatan Maui dan daerah pesisir utara Lahaina. Petugas disebut berhasil memadamkan dua kebakaran tersebut dan tidak ada korban manusia yang dilaporkan sejauh ini.
Kebakaran besar di Lahaina sendiri meluas dengan cepat pada Selasa (8/8) lalu. Kebakaran ini menghancurkan hampir setiap bangunan di kota berpenduduk 13.000 jiwa tersebut.
Penduduk Lahaina, Riley Curran menyebut kebakaran meluas dengan sangat cepat. Ia mengaku ragu apakah pemerintah atau manusia bisa melakukan mitigasi lebih baik mengingat cepatnya penyebaran api.
"Bukan karena orang-orang tidak mencoba melakukan apa pun. Kebakarannya membesar dari nol langsung ke 100," kata Curran.
Kebakaran lahan di Maui adalah kebakaran terbaru yang terjadi pada musim panas ini di seluruh dunia.
Kebakaran lahan memaksa puluhan ribu warga di Yunani, Spanyol, Portugal dan bagian lainnya di Eropa, untuk mengungsi.
Sementara itu di bagian barat Kanada, asap dari kebakaran lahan parah menyelimuti wilayah luas di Midwest dan Pantai Timur AS.