News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polusi Udara di Jakarta

Media Asing Soroti Polusi Udara di Jakarta, Musim Kemarau dan Asap Kendaraan Buat Langit jadi Kelabu

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di kawasan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2023). Berdasarkan data IQAir pukul 19.00 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 155 atau masuk kategori tidak sehat. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM - Media asing turut menyoroti polusi udara di Jakarta yang disebut-sebut membuat langit Ibu Kota Indonesia itu menjadi kelabu.

Associated Press, ABC News, South China Morning Post, hingga Reuters mewartakan hal ini dengan beragam judul.

Diwartakan sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai kualitas udara di Jakarta yang buruk disebabkan karena adanya pengaruh udara dari timur yang bersifat kering.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Sigit Reliantoro menerangkan bahwa udara dari timur itu merupakan siklus yang biasa terjadi di bulan Juni, Juli dan Agustus.

Kondisi ini diperparah dengan adanya aktivitas ekonomi yang menambah tercemarnya kualitas udara di Jakarta.

"Seperti penggunaan bahan bakar, baik dari masyarakat maupun industri," Sigit menerangkan.

Baca juga: Kemarau Panjang hingga Aktivitas Pabrik Berbasis Batu Bara Jadi Penyebab Polusi Udara Jabodetabek

Berikut ini sejumlah media asing yang turut menyoroti polusi udara di Jakarta, yang membuat langit Ibu Kota Indonesia itu menjadi kelabu:

1. Associated Press

Pertama, Associated Press atau AP News memberi judul laporan mereka dengan: "Jakarta is the world’s most polluted city. Blame the dry season and vehicles for the gray skies". (Jakarta adalah kota paling tercemar di dunia. Salahkan musim kemarau dan kendaraan untuk langit kelabu).

Diketahui, perusahaan teknologi kualitas udara Swiss menobatkan kota itu sebagai kota paling tercemar di dunia.

"Musim kemarau dan kendaraan bermotor menjadi penyebab utama polusi udara di Jakarta," kata pihak berwenang Indonesia, Jumat (11/8/2023).

Asap tebal dan langit kelabu tampak setiap pagi selama beberapa bulan terakhir di Jakarta, ibu kota negara terpadat keempat di dunia.

Jakarta secara rutin menduduki peringkat teratas kota-kota paling tercemar di dunia, berdasar peringkat IQAir.

"Kondisi kualitas udara Jakarta sepanjang tahun 2023 sedikit berfluktuasi," kata Asep Kuswanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dalam konferensi, Jumat (11/8/2023).

Baca juga: Pemerintah Perlu Tegas Terapkan Regulasi yang Sudah Ada Untuk Cegah Polusi Udara

Indonesia kini memasuki musim kemarau, yang berlangsung dari Juli hingga September, saat polusi udara akan mencapai puncaknya.

Kualitas udara di Jabodetabek memburuk karena dipengaruhi oleh udara kering dari sisi timur Indonesia.

Penggunaan kendaraan bermotor juga menjadi faktor utama.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan 44 persen pencemaran udara berasal dari transportasi, dibandingkan 31 persen dari industri.

Media Asing Soroti Polusi Udara di Jakarta, Musim Kemarau dan Asap Kendaraan Buat Langit jadi Kelabu (Kolase Media Asing Soroti Polusi Udara di Jakarta)

2. ABC News

Judul laporan ABC News tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan AP News.

"Jakarta is the world's most polluted city. Blame the dry season and vehicles for the gray skies".

ABC News menulis, kota Jakarta adalah rumah bagi lebih dari 11 juta orang, dengan total 30 juta di wilayah metropolitan yang lebih besar.

Polusi udara telah menjadi isu yang sensitif, dengan jutaan orang pergi ke kota setiap hari.

Pada tahun 2021, pengadilan Indonesia memutuskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan enam pejabat tinggi lainnya telah mengabaikan hak warga negara atas udara bersih dan memerintahkan mereka untuk memperbaiki kualitas udara yang buruk di ibu kota.

Kasus penyakit pernapasan yang diyakini terkait dengan polusi udara terus meningkat.

Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mengakui terjadi peningkatan gangguan kesehatan akibat polusi udara pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.

3. South China Morning Post

Laporan South China Morning Post atau SCMP diberi judul: "Jakarta named world’s most polluted city, as Indonesian residents worry about health risks".  (Jakarta dinobatkan sebagai kota paling tercemar di dunia, karena penduduk Indonesia mengkhawatirkan risiko kesehatan).

Baca juga: WFH dan Sekolah dari Rumah, Efektifkah Kurangi Dampak Polusi Udara di Jakarta? Begini Kata Dokter

Jakarta secara teratur mencatat tingkat "tidak sehat" untuk konsentrasi partikel kecil yang dikenal sebagai PM2.5, yang dapat menembus saluran udara untuk menyebabkan masalah pernapasan, berkali-kali lipat dari tingkat yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Warga bernama Rizky Putra menyayangkan kualitas udara yang semakin buruk karena membahayakan kesehatan anak-anaknya.

“Saya rasa situasinya sangat memprihatinkan,” kata pria berusia 35 tahun yang tinggal di pinggir pusat kota Jakarta.

“Begitu banyak anak yang sakit dengan keluhan dan gejala yang sama seperti batuk dan pilek,” ujarnya.

Polusi udara diperkirakan berkontribusi terhadap 7 juta kematian dini setiap tahun dan dianggap oleh PBB sebagai satu-satunya risiko kesehatan lingkungan terbesar.

4. Channel News Asia

Lalu, ada laporan Channel News Asia atau CNA yang memberi judul: "Indonesia's capital named world's most polluted city". (Ibu kota Indonesia dinobatkan sebagai kota paling tercemar di dunia)

Menurut, Nathan Roestandy, salah satu pendiri aplikasi kualitas udara Nafas Indonesia, mengatakan tingkat polusi terus memburuk.

“Kita menghirup lebih dari 20.000 napas sehari," katanya.

"Jika kita menghirup udara tercemar setiap hari, (dapat menyebabkan) penyakit pernapasan dan paru-paru, bahkan asm," jelasnya.

"Ini dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak atau bahkan kesehatan mental,” ujarnya.

Ditanya tentang masalah polusi Jakarta pada, Jokowi mengatakan kepada wartawan bahwa solusinya adalah memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke Nusantara.

5. Benar News

Sedangkan laporan dari media Benar News, memberi judul: "Jakarta air pollution hits new heights" (Polusi udara Jakarta mencapai ketinggian baru).

Baca juga: Pemerintah Perlu Tegas Terapkan Regulasi yang Sudah Ada Untuk Cegah Polusi Udara

Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di kawasan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2023). Berdasarkan data IQAir pukul 19.00 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 155 atau masuk kategori tidak sehat. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Benar News melaporkan, Kementerian Kesehatan mengimbau warga untuk menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan.

Menteri Kesehatan Budi Sadikin khawatir polusi dapat meningkatkan serangan asma dan memicu penyakit pernapasan lainnya.

“Ada beberapa penyakit pernapasan dengan prevalensi tinggi yang disebabkan oleh polusi udara,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (10/8/2023).

6. Reuters

Terakhir, menurut laporan Reuters yang berjudul: "Indonesia plans random emission tests on motorists as poor air chokes Jakarta".(Indonesia merencanakan uji emisi acak pada pengendara saat udara buruk mencekik Jakarta).

Jokowi telah menyarankan perusahaan untuk memberlakukan kerja hybrid dan mendesak modifikasi cuaca di Jabodetabek, mengatakan cuaca kering berkontribusi terhadap polusi.

Modifikasi cuaca mencakup teknik-teknik seperti penyemaian awan, yang telah digunakan di Indonesia selama musim kemarau, yang melibatkan penembakan semburan garam ke awan untuk memicu curah hujan.

“Juga tetap pantau sektor industri dan pembangkit listrik terutama di sekitar Jabodetabek,” ujarnya.

Langkah lain yang dipertimbangkan antara lain mewajibkan mobil berkapasitas mesin 2.400 cc ke atas menggunakan bahan bakar beroktan 98, dan mewajibkan setiap kendaraan mengangkut empat orang.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini