"Kami hanya dalam mode bertahan hidup dan mencoba memberikan bantuan kepada orang-orang yang paling membutuhkan, dan kami akan memprosesnya setelahnya," tuturnya.
Di kota-kota seperti Marrakesh, dengan Casbahnya yang terkenal, bangunan abad pertengahan yang telah berdiri selama 1.000 tahun telah rusak parah.
Cerita Korban Gempa
Salah satu korban gempa Maroko, Tayeb ait Ighenbaz, sempat terjebak dalam pilihan sulit, antara menyelamatkan anak atau orang tuanya.
Saat itu, anaknya yang masih berusia 11 tahun dan orang tuanya tengah terjebak di bawah reruntuhan setelah gempa bumi melanda Maroko.
Tayeb ait Ighenbaz mengaku, dirinya dihantui oleh keputusan yang harus diambilnya kala itu.
Dilansir BBC, saat itu Tayeb bersama istrinya, dua anak, dan orang tuanya sedang berada di rumah kala gempa melanda, Jumat (8/9/2023) malam, waktu setempat.
"Semua terjadi begitu cepat. Ketika gempa terjadi, kami semua berlari ke pintu," kenang pria yang berprofesi sebagai penggembala kambing itu dikutip dari BBC.
"Ayah saya sedang tidur dan saya berteriak pada ibu saya untuk datang, tetapi dia tetap di belakang untuk menunggunya," jelasnya.
Di sisi lain, ia hanya bisa melihat istri dan putrinya.
Saat Tayeb berjalan kembali ke gedung yang runtuh, ia menemukan putra dan orang tuanya terperangkap di bawah puing-puing.
Dia bisa melihat tangan putranya menyembul dari balik reruntuhan.
Baca juga: Pemerintah Pertimbangkan Beri Bantuan untuk Korban Gempa Maroko
Tayeb tahu dia harus bertindak cepat, dan menuju ke arah putranya, Adam, dengan putus asa menggali puing-puing untuk menariknya keluar.
Ketika dia menoleh ke orang tuanya, yang terjebak di bawah lempengan batu besar, dia mengatakan semuanya sudah terlambat.
"Saya harus memilih antara orang tua dan anak saya," sambungnya.
"Saya tidak bisa membantu orang tua saya karena tembok itu runtuh dan menutupi separuh tubuh mereka."
"Sedih sekali. Saya melihat orang tua saya sekarat," ungkap Tayeb.
(Tribunnews.com/Deni)